Entri Populer

Sabtu, 20 Juli 2013

Motivasi dan Reinformence Belajar



A.    Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan dosen dan mahasiswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi dalam peristiwa pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara dosen dan mahasiswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri mahasiwa yang sedang belajar (Uzer, 2008:48).
1.      Prinsip-Prinsip Belajar
a.       Perhatian dan Motivasi
Perhatian terhadap materi akan timbul pada mahasiswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu kebutuhannya. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar.
Suatu hadiah yang diharapkan diperoleh sesudah melakukan kegiatan, dapat menimbulkan motivasi. Hal ini merupakan dasar teori belajar B.F. Skinner yaitu Operant conditioning (Purwanto, 2004:71).


b.      Keaktifan
Menurut teori kognitif Gage and Berliner (1984, dalam Purwanto, 2004) belajar menunjukan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang diterima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini mahasiswa memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu.
c.       Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Edgar Dale (1954, dalam Sardiman, 2007) dalam penggolongan pengalamannya belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung mahasiswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
d.      Pengulangan
Teori Psikologi Daya, menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamati, menanggapi, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.
e.       Tantangan
Teori medan (Field Theory) dari Kurt Lewin 1975 mengemukakan bahwa mahasiswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan psikologis.
f.       Balikan dan Reinforcement
Menurut B.F, Skinner (1953, dalam Purwanto, 2004) prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan terutama penguatan ditekankan oleh teori belajar operant conditioning. Jika pada teori conditioning yang diperkuat adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effect-nya Thorndike.
Gage dan Berliner (1984, dalam Purwanto, 2004) mengatakan bahwa mahasiswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu menurut B.F. Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain reinforcement positif maupun negatif dapat memperkuat belajar.
g.      Perbedaan Individual
Perbedaan individual terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya.

B.     Reinforcement
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi mahasiswa atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan atau koreksi. Melalui reinforcement yang diberikan, maka mahasiswa akan terdorong untuk memberikan respon setiap kali muncul stimulus dari dosen (Uzer, 2008:50).
1.  Tujuan dari Pemberian Reinforcement.
Pemberian reinfrocemen yang dilakukan oleh dosen dalam proses pembelajaran adalah :
a.  Meningkatkan perhatian mahasiswa terhadap materi.
b.  Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
c.  Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku mahasiswa yang produktif.
d. Mempermudah proses belajar, mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar.
e.  Mengarahkan kepada cara berfikir yang baik/divergen dan inisiatif pribadi (Alma, 2008:90).
2.  Penggunaan Reinforcement
 Reinforcement digunakan oleh dosen dalam proses pembejaran, terutama untuk mendapatkan atau menguatkan hal-hal sebagai berikut:
a.  Perhatian terhadap dosen, teman, obyek diskusi
b.  Tingkah laku belajar
c.  Penyelesaian hasil pekerjaan
d. Kualitas pekerjaan/tugas
e.  Perbaikan/penyempurnaan tugas
f.  Tugas-tugas independen
(Alma, 2008:92)
3.  Jenis-Jenis Reinforcement
a.  Reinforcement Positif
Berikut ini adalah reinforcement positif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran :
1)  Reinforcement verbal
Reinforcement verbal adalah reinforcement yang diungkapkan atau diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, dan persetujuan misalnya:
a)  Kata-kata : bagus, bagus sekali, betul, pintar, baik, hebat sekali, benar sekali, sangat teliti, menakjubkan.
b) Kalimat : Itu suatu pikiran yang baik, cara berfikir itu kritis sekali.
2)  Reinforcement nonverbal
Reinforcement nonverbal adalah penguatan yang diungkapkan melalui bahasa isyarat.
a)  Penguatan gerak isyarat (Gestural Reinforcement)
Anggukan atau gelengan kepala, senyuman, kerut kening, acungan jempol, sorot mata yang sejuk bersahabat atau tajam memandang.
b) Penguatan pendekatan (Proximity Reinforcement)
Dosen mendekati mahasiswa untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya terhadap materi yang diberikan, tingkah laku atau penampilan mahasiswa. Misalnya dosen duduk disamping mahasiswa, berjalan menuju mahasiswa, duduk dekat mahasiswa, atau berjalan di sisi mahasiswa. Reinforcement ini berfungsi untuk menambah reinforcement verbal.
c)  Penguatan dengan sentuhan (Contact Reinforcement)
Dosen dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap usaha dan penampilan mahasiswa dengan cara menepuk-nepuk bahu atau pundak mahasiswa, berjabat tangan. Penggunaannya harus dipertimbangkan dengan seksama agar sesuai dengan usia jenis kelamin, dan latar belakang kebudayaan setempat.
d) Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan.
Dosen dapat menggunakan kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang disenangi siswa sebagai penguatan.
e)  Penguatan berupa symbol atau benda (Token Reinforcement).
Reinforcement ini dilakukan dengan cara menggunakan berbagai simbol berupa benda.
b. Reinforcement Negatif
Reinforcement Negatif adalah adalah beberapa stimulus atau kejadian yang bilamana dihentikan atau tidak ditampilkan akan meningkatkan atau memelihara kekuatan respon.
4.  Sifat-sifat Reinforcement
Terdapat tiga faktor untuk mempertimbangkan keefektifan stimulus atau kejadian yang berfungsi sebagai reinforcement, yaitu :

a.   Kualitas reinforcement
b.   Kuantitas reinforcement
c.   Jumlah usaha organisme untuk memperoleh reinforcement.
Pada umumnya, kualitas atau kuantitas atau jumlah usaha mahasiswa apabila memiliki nilai yang tinggi, maka akan lebih efektif stimulus atau kejadian tersebut berfungsi sebagai reinforcement.
5.  Teori-Teori Reinforcement
a.   Drive-Reduction Theory
Teori reduksi dorongan menjelaskan pemberian reinforcement sebagai mereduksi dorongan atau menurunkan kebutuhan atau mereduksi kondisi aversi/keengganan, sehingga respon yang diharapkan meningkat dan tetap terpelihara.
b.   Optimum-Arousal Theory
Teori arousal optimum menjelaskan bahwa setiap mahasiswa memiliki tingkat arousal optimum. Reinforcement merupakan stimulus atau kejadian yang menolong mahasiswa untuk memelihara tingkat optimum, sehingga respon mahasiswa tetap terpelihara atau meningkat.
c.   Stimulus-Change Theory
Teori merubah stimulus menjelaskan bahwa reinforcement merubah stimulus sedemikian rupa sehingga respon yang muncul adalah respon yang diharapkan, dan mencegah munculnya respon yang tidak diharapkan (Wicaksono, 2009:87).

6.  Prinsip Penggunaan Reinforcement
a.  Kehangatan dan keantusiasan
Saat dosen memberikan reinforcement sikap dan gaya dosen, termasuk suara, mimik, dan gerak badan, menunjukan adanya kehangatan dan keantusiasan, ini menunjukan bahwa reinforcement benar-benar diberikan sebagai balasan atas respon yang diberikan mahasiswa. Dengan demikian tidak terjadi kesan bahwa dosen berpura-pura dalam memberikan reinforcement (Uzer, 2008:87).
b.  Kebermaknaan
Reinforcement hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan mahasiswa sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi reinforcement. Dengan demikian reinforcement itu bermakna baginya.
c.  Menghindari Penggunaan Respon Negatif
Respon negatif dosen yang berupa komentar, bercanda menghina, ejekan yang kasar perlu dihindari karena akan mematahkan semangat mahasiswa untuk mengembangkan dirinya. Misalnya jika seorang mahasiswa tidak dapat memberikan jawaban yang diharapakan, dosen jangan langsung menyalahkannya tapi bisa melontarkan kepada mahasiswa lain.



7.  Cara Menggunakan Reinforcement
a.  Reinforcement Kepada Pribadi Tertentu
Reinforcement harus jelas kepada siapa ditunjukan sebab bila tidak, akan kurang efektif. Oleh karena itu sebelum memberikan reinforcement dosen terlebih dahulu menyebut nama mahasiswa yang bersangkutan sambil menatap kepadanya (Uzer, 2008:87).
b.  Pemberian Reinforcement Dengan Segera
Reinforcement seharusnya diberikan segera setelah muncul tingkah laku atau respon siswa yang diharapakan. Reinforcement yang ditunda, cenderung akan kurang efektif dan kurang bermakna.
c.  Variasi Dalam Penggunaan
Reinforcement yang sejenis dan dilakukan berulang-ulang dapat menimbulkan kebosananan sehingga tidak efektif lagi untuk membangkitkan motivasi belajar mahasiswa. Olah sebab itu, reinforcement perlu dilakukan dengan teknik yang bervariasi. Sekali-kali gunakan reinforcement dengan bahasa verbal dan di lain waktu gunakan dengan gerakan-gerakan.

C.  Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan proses yang membangkitkan energi, mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku seseorang dalam belajar. Motivasi akan menentukan intensitas usaha mahasiswa dalam mencapai tujuan belajar.
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan ekstrinsik, adalah adanya perhargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar (Uno, 2007:14).
1.  Hakikat Motivasi Belajar
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada mahasiswa untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat dikiasifikasikan sebagai berikut :
a.   Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b.   Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c.   Adanya harapan dan cita-cita masa depan
d.   Adanya penghargaan dalam belajar
e.   Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f.    Adanya lingkungan belajar yang kondusif (Uno, 2007:21)
2.   Pentingnya Motivasi Dalam Belajar
Dalam buku yang diterbitkan, The Center for Vocational Education, The Ohio State University. Teaching dan learning principles. Ohio: American Association for Vocational Instruktional Materials, 1977, menguraikan mengenai pentingnya motivasi belajar sebagai berukut:
a.  Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.
b.  Menginfomiasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman sebayanya.
c.  Mengarahkan kegiatan belajar.
d. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan.
e.  Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat mahasiswa untuk belajar sampai berhasil, membangkitkan; bila mahasiswa tak semangat, meningkatkan bila semangat belajarnya timbul tenggelam; memelihara, bila semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini, hadiah, pujian, dorongan atau pemicu semangat dapat digunakan untuk mengobarkan semangat belajar.
f.  Mengetahui dan memahami motivasi belajar mahasiswa dikelas bermacam-macam; ada yang acuh tak acuh, ada yang tak memusatkan perhatian, ada yang bermain, di samping yang bersemangat untuk belajar. diantara yang bersemangat belajr, ada yang tidak berhasil dan berhasil. Dengan bermacam ragamnya motivasi belajar tersebut, maka dosen dapat menggunakan bermacam-macam strategi belajar mangajar.
g.  Meningkatkan dan menyadarkan dosen memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti sebagai penasehat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah atau pendidik.
h.  Memberi peluang guru untuk "unjuk kerja" rekayasa pendagogis. Tugas dosen adalah membuat semua mahasiswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada "mengubah" mahasiswa tak berminat menjadi bersemangat belajar "mengubah " mahasiswa cerdas yang acute menjadi bersemangat belajar.
3. Indikator Motivasi Belajar
Motivasi merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul dari dalam diri mahasiswa untuk memberikan kesiapan agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai, beberapa indikator yang dapat diamati didentifikasi dalam hal-hal berikut:
a.  Ketekunan dalam belajar
1)   Kehadiran di kelas
2)   Mengikuti proses belajar mengajar (PBM)
3)   Belajar di rumah
b.  Ulet dalam menghadapi kesulitan
c.  Usaha mengatasi kesulitan
d. Minat dalam belajar
1)   Kebiasaan dalam mengikuti pembelajaran
2)   Semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar
e.  Prestasi dalam belajar
1)   Keinginan untuk berprestasi
2)   Kualifikasi khas
f.    Mandiri dalam belajar
1)   Penyelesaian tugas-tugas
2)   Menggunakan kesempatan di luar jam pelajaran
               (Sardiman, 2007:67)
D.  Peran Dosen Dalam Proses Pembelajaran
1.  Sumber Belajar
Peran sebagai sumber belajar berkaitan dengan penguasaan materi. Dikatakan dosen yang baik manakala is dapat menguasai materi dengan baik, sehingga benar-benar berperan sebagai sumber belajar bagi mahasiswa (Djamarah, 2007:77).
2.  Fasilitator
Sebagai fasilitator, dosen berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan mahasiswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
3.  Pengelola
Sebagai pengelola pembelajaran (learning rnanajer), dosen berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik dosen dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh mahasiswa.
4.  Demonstrator
Peran dosen sebagai demonstrator untuk mepertunjukan pada mahasiswa segala sesuatu yang dapat membuat mahasiswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.
5.  Pembimbing
Membimbing mahasiswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup, membimbing mahasiswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka.

6.  Motivator
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi mahasiswa yang kurang berprestasi bukan karena kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi belajar.
Proses pembelajaran akan berhasil manakala mahasiswa mempunyai motivasi dalam belajar. Untuk memperoleh hasil belajar optimal dosen dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar mahasiswa.
Dosen merupakan penggerak kegiatan belajar para mahasiswanya. Seorang dosen harus menyusun suatu rencana tentang cara-cara melakukan tindakan serta mengumpulkan bahan-bahan yang dapat membangkitkan serta mendorong para mahasiswa agar mereka terus melakukan usaha-usaha yang efektif untuk mencapai tujuan-tujuan belajar dalam pikirannya.
Tiap dosen berusaha memotivasi semua mahasiswa dengan tehnik yang sama sehingga mungkin sebagian akan tertolong, tetapi sebagian lagi tidak. Oleh karena itu dosen perlu terus belajar mengenai cara-cara membangkitkan motivasi ini. Suatu teori menyatakan bahwa pemberian motivasi yang berhasil harus berasal dari pemenuhan kebutuhan dasar para mahasiswa (Hamalik, 2007:105).
7.  Evaluator
Dosen berperan mengumpulkan data tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Fungsi dosen dalam memerankan perannya sebagai evaluator. Pertama untuk menentukan keberhasilan mahasiswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kedua menentukan keberhasilan dosen dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.

E.  Cara Untuk Menumbuhkan Motivasi Dalam Kegiatan Belajar
1.   Memberi Angka
Sebagai simbol dari hasil aktivitas belajar mahasiswa. Oleh karena itu, langkah yang ditempuh dosen adalah bagaimana cara memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung dalam setiap pengetahuan yang diajarkan, sehingga tidak sekedar kognitif akan tetapi keterampilan dan afeksinya (HamaIlk, 2007:50).
2.   Hadiah
Keampuhan hadiah sebagai alat mendapat umpan balik dari mahasiswa yang akan terasa jika penggunaanya tepat. Dengan memberikan hadiah secara spontanitas kepada mahasiswa berprestasi, dengan begitu maka is akan bangga karena hasil kerjanya dihargai dalam bentuk materi. Hal itu akan mendorong mahasiswa lain bersaing dalam belajar.
3.   Pujian
Pujian berfungsi untuk mengarahkan mahasiswa pada hal-hal yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Dengan pemberian reinforcement akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar. Penggerakan motivasi belajar didasarkan prinsip-prinsip memberikan pujian lebih efektif dibandingkan dengan punishment, pemuasan kebutuhan psikologis, motivasi yang timbul dari dalam individu Iebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar, pemberian reinforcement atas jawaban atau perbuatan yang sesuai dengan keinginan (Hamalik, 2007:53).
4.   Gerakan Tubuh
Gerakan tubuh merupakan reinforcement yang membangkitkan gairah belajar anak didik. Hal ini terjadi antara dosen dan mahasiswa seiring untuk mencapai tujuan pengajaran.
Mahasiswa mennberikan tanggapan atas stimulus yang diberikan. Gerakan tubuh dapat meluruskan perilaku mahasiswa yang menyimpang dari tujuan pembelajaran.
5.   Memberi Tugas
Mahasiswa yang menyadari akan mendapat tugas dari dosen setelah menerima materi, akan memperhatikan penyampaian materi dengan baik.
6.   Memberi Ulangan
Ulangan sebagai evaluasi proses, evaluasi produk, dan umpan batik dari  mahasiswa.
7.   Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil dari apa yang telah dilakukan mahasiswa dapat mendorong mahasiswa mempertahankannya bahkan meningkatkannya.
8.   Hukuman
Hukuman adalah reinforcement negative, tetapi kalau jika diberikan secara tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi.

F.  Hubungan Pemberian Reinforcement dengan Motivasi Belajar
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Kunci penentu motivasi belajar mahasiswa adalah reinforcement bisa berupa rewards. Dosen dapat menggunakan bermacam-macam motivasi positif bagi mahasiswa dalam belajar seperti memberi point, hadiah, kompetisi, pujian, dan sebagainya. Sedangkan memberi teguran, kecaman, sindiran, celaan dan hukuman pada umumnya dapat menurunkan motivasi mahasiswa. Dosen juga dapat menciptakan situasi belajar yang menimbulkan kompetisi yang sehat diantara mahasiswa (Uno, 2007:81).
Suasana kompetisi di kelas yang segera diberi reinforcement akan menimbulkan perasan puas terhadap hasil-hasil belajar atau prestasi yang telah dicapai oleh mahasiswa. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari penguatan (reinforcement) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu (Uno, 2007:81).
Peranan dosen sebagai motivator panting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar mahasiswa. Dosen harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamiskan potensi mahasiswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativita).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar