A.
Proses
Pembelajaran
Proses
pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan dosen
dan mahasiswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi dalam peristiwa pembelajaran
mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara dosen dan
mahasiswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya
penyampaian pesan berupa materi, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri mahasiwa
yang sedang belajar (Uzer, 2008:48).
1. Prinsip-Prinsip
Belajar
a. Perhatian
dan Motivasi
Perhatian terhadap
materi akan timbul pada mahasiswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai
sesuatu kebutuhannya. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor
seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan
keberhasilan belajar.
Suatu hadiah yang
diharapkan diperoleh sesudah melakukan kegiatan, dapat menimbulkan motivasi.
Hal ini merupakan dasar teori belajar B.F. Skinner yaitu Operant conditioning
(Purwanto, 2004:71).
b. Keaktifan
Menurut teori kognitif
Gage and Berliner (1984, dalam Purwanto, 2004) belajar menunjukan adanya jiwa
yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang diterima, tidak sekedar
menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini mahasiswa
memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu.
c. Keterlibatan
Langsung/Berpengalaman
Edgar Dale (1954, dalam
Sardiman, 2007) dalam penggolongan pengalamannya belajar yang dituangkan dalam kerucut
pengalamannya mengemukakan bahwa belajar paling baik adalah belajar melalui
pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung mahasiswa tidak
sekedar mengamati secara langsung tetapi harus menghayati, terlibat langsung
dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
d. Pengulangan
Teori Psikologi Daya,
menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang
terdiri atas mengamati, menanggapi, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir.
Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.
e. Tantangan
Teori medan (Field
Theory) dari Kurt Lewin 1975 mengemukakan bahwa mahasiswa dalam situasi belajar
berada dalam suatu medan psikologis.
f. Balikan
dan Reinforcement
Menurut B.F, Skinner
(1953, dalam Purwanto, 2004) prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan
terutama penguatan ditekankan oleh teori belajar operant conditioning. Jika
pada teori conditioning yang diperkuat adalah stimulusnya, maka pada operant
conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori belajar ini
adalah law of effect-nya Thorndike.
Gage dan Berliner
(1984, dalam Purwanto, 2004) mengatakan bahwa mahasiswa akan belajar lebih
semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik
merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar
selanjutnya. Namun dorongan belajar itu menurut B.F. Skinner tidak saja oleh
penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau dengan
kata lain reinforcement positif
maupun negatif dapat memperkuat belajar.
g. Perbedaan
Individual
Perbedaan individual terdapat pada
karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya.
B.
Reinforcement
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk
respon, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau umpan balik (feed
back) bagi mahasiswa atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan atau
koreksi. Melalui reinforcement yang
diberikan, maka mahasiswa akan terdorong untuk memberikan respon setiap kali
muncul stimulus dari dosen (Uzer, 2008:50).
1. Tujuan dari Pemberian Reinforcement.
Pemberian
reinfrocemen yang dilakukan oleh dosen dalam proses pembelajaran adalah :
a. Meningkatkan perhatian mahasiswa terhadap
materi.
b. Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
c. Meningkatkan kegiatan belajar dan membina
tingkah laku mahasiswa yang produktif.
d. Mempermudah proses belajar, mengembangkan dan
mengatur diri sendiri dalam belajar.
e. Mengarahkan kepada cara berfikir yang
baik/divergen dan inisiatif pribadi (Alma, 2008:90).
2. Penggunaan Reinforcement
Reinforcement
digunakan oleh dosen dalam proses pembejaran, terutama untuk mendapatkan atau
menguatkan hal-hal sebagai berikut:
a. Perhatian terhadap dosen, teman, obyek diskusi
b. Tingkah laku belajar
c. Penyelesaian hasil pekerjaan
d. Kualitas pekerjaan/tugas
e. Perbaikan/penyempurnaan tugas
f. Tugas-tugas independen
(Alma,
2008:92)
3. Jenis-Jenis Reinforcement
a. Reinforcement
Positif
Berikut
ini adalah reinforcement positif yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran :
1) Reinforcement
verbal
Reinforcement
verbal adalah reinforcement yang
diungkapkan atau diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, dan
persetujuan misalnya:
a) Kata-kata
: bagus, bagus sekali, betul, pintar, baik, hebat sekali, benar sekali, sangat
teliti, menakjubkan.
b) Kalimat
: Itu suatu pikiran yang baik, cara berfikir itu kritis sekali.
2) Reinforcement
nonverbal
Reinforcement
nonverbal adalah penguatan yang diungkapkan melalui bahasa isyarat.
a) Penguatan gerak isyarat (Gestural Reinforcement)
Anggukan
atau gelengan kepala, senyuman, kerut kening, acungan jempol, sorot mata yang
sejuk bersahabat atau tajam memandang.
b) Penguatan pendekatan (Proximity Reinforcement)
Dosen
mendekati mahasiswa untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya terhadap
materi yang diberikan, tingkah laku atau penampilan mahasiswa. Misalnya dosen
duduk disamping mahasiswa, berjalan menuju mahasiswa, duduk dekat mahasiswa,
atau berjalan di sisi mahasiswa. Reinforcement
ini berfungsi untuk menambah reinforcement
verbal.
c) Penguatan dengan sentuhan (Contact Reinforcement)
Dosen
dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap usaha dan penampilan
mahasiswa dengan cara menepuk-nepuk bahu atau pundak mahasiswa, berjabat
tangan. Penggunaannya harus dipertimbangkan dengan seksama agar sesuai dengan
usia jenis kelamin, dan latar belakang kebudayaan setempat.
d) Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan.
Dosen
dapat menggunakan kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang disenangi siswa
sebagai penguatan.
e) Penguatan berupa symbol atau benda (Token Reinforcement).
Reinforcement
ini dilakukan dengan cara menggunakan berbagai simbol berupa benda.
b.
Reinforcement Negatif
Reinforcement
Negatif adalah adalah beberapa stimulus atau kejadian yang bilamana dihentikan
atau tidak ditampilkan akan meningkatkan atau memelihara kekuatan respon.
4. Sifat-sifat Reinforcement
Terdapat
tiga faktor untuk mempertimbangkan keefektifan stimulus atau kejadian yang
berfungsi sebagai reinforcement,
yaitu :
a. Kualitas reinforcement
b. Kuantitas reinforcement
c. Jumlah usaha organisme untuk memperoleh reinforcement.
Pada
umumnya, kualitas atau kuantitas atau jumlah usaha mahasiswa apabila memiliki
nilai yang tinggi, maka akan lebih efektif stimulus atau kejadian tersebut
berfungsi sebagai reinforcement.
5. Teori-Teori Reinforcement
a. Drive-Reduction Theory
Teori
reduksi dorongan menjelaskan pemberian reinforcement
sebagai mereduksi dorongan atau menurunkan kebutuhan atau mereduksi kondisi
aversi/keengganan, sehingga respon yang diharapkan meningkat dan tetap
terpelihara.
b. Optimum-Arousal Theory
Teori
arousal optimum menjelaskan bahwa setiap mahasiswa memiliki tingkat arousal
optimum. Reinforcement merupakan
stimulus atau kejadian yang menolong mahasiswa untuk memelihara tingkat
optimum, sehingga respon mahasiswa tetap terpelihara atau meningkat.
c.
Stimulus-Change Theory
Teori
merubah stimulus menjelaskan bahwa reinforcement
merubah stimulus sedemikian rupa sehingga respon yang muncul adalah respon yang
diharapkan, dan mencegah munculnya respon yang tidak diharapkan (Wicaksono,
2009:87).
6. Prinsip Penggunaan Reinforcement
a. Kehangatan dan keantusiasan
Saat
dosen memberikan reinforcement sikap
dan gaya dosen, termasuk suara, mimik, dan gerak badan, menunjukan adanya
kehangatan dan keantusiasan, ini menunjukan bahwa reinforcement benar-benar diberikan sebagai balasan atas respon
yang diberikan mahasiswa. Dengan demikian tidak terjadi kesan bahwa dosen
berpura-pura dalam memberikan reinforcement
(Uzer, 2008:87).
b. Kebermaknaan
Reinforcement
hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan mahasiswa
sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi reinforcement. Dengan demikian reinforcement
itu bermakna baginya.
c. Menghindari Penggunaan Respon Negatif
Respon
negatif dosen yang berupa komentar, bercanda menghina, ejekan yang kasar perlu
dihindari karena akan mematahkan semangat mahasiswa untuk mengembangkan
dirinya. Misalnya jika seorang mahasiswa tidak dapat memberikan jawaban yang
diharapakan, dosen jangan langsung menyalahkannya tapi bisa melontarkan kepada
mahasiswa lain.
7. Cara Menggunakan Reinforcement
a. Reinforcement
Kepada Pribadi Tertentu
Reinforcement
harus jelas kepada siapa ditunjukan sebab bila tidak, akan kurang efektif. Oleh
karena itu sebelum memberikan reinforcement
dosen terlebih dahulu menyebut nama mahasiswa yang bersangkutan sambil menatap
kepadanya (Uzer, 2008:87).
b. Pemberian Reinforcement
Dengan Segera
Reinforcement
seharusnya diberikan segera setelah muncul tingkah laku atau respon siswa yang
diharapakan. Reinforcement yang
ditunda, cenderung akan kurang efektif dan kurang bermakna.
c. Variasi Dalam Penggunaan
Reinforcement
yang sejenis dan dilakukan berulang-ulang dapat menimbulkan kebosananan
sehingga tidak efektif lagi untuk membangkitkan motivasi belajar mahasiswa.
Olah sebab itu, reinforcement perlu
dilakukan dengan teknik yang bervariasi. Sekali-kali gunakan reinforcement dengan bahasa verbal dan
di lain waktu gunakan dengan gerakan-gerakan.
C.
Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan proses yang
membangkitkan energi, mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku seseorang
dalam belajar. Motivasi akan menentukan intensitas usaha mahasiswa dalam
mencapai tujuan belajar.
Motivasi belajar dapat timbul karena
faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan
belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan ekstrinsik, adalah adanya
perhargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar (Uno, 2007:14).
1. Hakikat Motivasi Belajar
Hakikat
motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada mahasiswa untuk
mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator. Hal
itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.
Indikator motivasi belajar dapat dikiasifikasikan sebagai berikut :
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
d. Adanya penghargaan dalam belajar
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif
(Uno, 2007:21)
2.
Pentingnya Motivasi Dalam Belajar
Dalam
buku yang diterbitkan, The Center for Vocational Education, The Ohio State
University. Teaching dan learning principles. Ohio: American Association for
Vocational Instruktional Materials, 1977, menguraikan mengenai pentingnya
motivasi belajar sebagai berukut:
a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar,
proses, dan hasil akhir.
b. Menginfomiasikan
tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman sebayanya.
c. Mengarahkan
kegiatan belajar.
d. Menyadarkan
tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan.
e. Membangkitkan,
meningkatkan dan memelihara semangat mahasiswa untuk belajar sampai berhasil,
membangkitkan; bila mahasiswa tak semangat, meningkatkan bila semangat
belajarnya timbul tenggelam; memelihara, bila semangatnya telah kuat untuk
mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini, hadiah, pujian, dorongan atau pemicu
semangat dapat digunakan untuk mengobarkan semangat belajar.
f. Mengetahui
dan memahami motivasi belajar mahasiswa dikelas bermacam-macam; ada yang acuh
tak acuh, ada yang tak memusatkan perhatian, ada yang bermain, di samping yang
bersemangat untuk belajar. diantara yang bersemangat belajr, ada yang tidak
berhasil dan berhasil. Dengan bermacam ragamnya motivasi belajar tersebut, maka
dosen dapat menggunakan bermacam-macam strategi belajar mangajar.
g. Meningkatkan
dan menyadarkan dosen memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti
sebagai penasehat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi
hadiah atau pendidik.
h. Memberi
peluang guru untuk "unjuk kerja" rekayasa pendagogis. Tugas dosen
adalah membuat semua mahasiswa belajar sampai berhasil. Tantangan
profesionalnya justru terletak pada "mengubah" mahasiswa tak berminat
menjadi bersemangat belajar "mengubah " mahasiswa cerdas yang acute
menjadi bersemangat belajar.
3.
Indikator Motivasi Belajar
Motivasi
merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul dari dalam diri mahasiswa untuk
memberikan kesiapan agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai, beberapa
indikator yang dapat diamati didentifikasi dalam hal-hal berikut:
a. Ketekunan dalam belajar
1) Kehadiran di kelas
2) Mengikuti proses belajar mengajar (PBM)
3) Belajar di rumah
b. Ulet dalam menghadapi kesulitan
c. Usaha mengatasi kesulitan
d. Minat dalam belajar
1) Kebiasaan dalam mengikuti pembelajaran
2) Semangat dalam mengikuti proses belajar
mengajar
e. Prestasi dalam belajar
1) Keinginan untuk berprestasi
2) Kualifikasi khas
f. Mandiri dalam belajar
1) Penyelesaian tugas-tugas
2) Menggunakan kesempatan di luar jam pelajaran
(Sardiman, 2007:67)
D. Peran Dosen Dalam Proses Pembelajaran
1. Sumber Belajar
Peran
sebagai sumber belajar berkaitan dengan penguasaan materi. Dikatakan dosen yang
baik manakala is dapat menguasai materi dengan baik, sehingga benar-benar
berperan sebagai sumber belajar bagi mahasiswa (Djamarah, 2007:77).
2. Fasilitator
Sebagai
fasilitator, dosen berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan
mahasiswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
3. Pengelola
Sebagai
pengelola pembelajaran (learning rnanajer), dosen berperan dalam menciptakan
iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan nyaman. Melalui
pengelolaan kelas yang baik dosen dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk
terjadinya proses belajar seluruh mahasiswa.
4. Demonstrator
Peran
dosen sebagai demonstrator untuk mepertunjukan pada mahasiswa segala sesuatu
yang dapat membuat mahasiswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang
disampaikan.
5. Pembimbing
Membimbing
mahasiswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal
hidup, membimbing mahasiswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan mereka.
6. Motivator
Dalam
proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat
penting. Sering terjadi mahasiswa yang kurang berprestasi bukan karena
kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi belajar.
Proses
pembelajaran akan berhasil manakala mahasiswa mempunyai motivasi dalam belajar.
Untuk memperoleh hasil belajar optimal dosen dituntut kreatif membangkitkan
motivasi belajar mahasiswa.
Dosen
merupakan penggerak kegiatan belajar para mahasiswanya. Seorang dosen harus
menyusun suatu rencana tentang cara-cara melakukan tindakan serta mengumpulkan
bahan-bahan yang dapat membangkitkan serta mendorong para mahasiswa agar mereka
terus melakukan usaha-usaha yang efektif untuk mencapai tujuan-tujuan belajar
dalam pikirannya.
Tiap
dosen berusaha memotivasi semua mahasiswa dengan tehnik yang sama sehingga
mungkin sebagian akan tertolong, tetapi sebagian lagi tidak. Oleh karena itu
dosen perlu terus belajar mengenai cara-cara membangkitkan motivasi ini. Suatu
teori menyatakan bahwa pemberian motivasi yang berhasil harus berasal dari
pemenuhan kebutuhan dasar para mahasiswa (Hamalik, 2007:105).
7.
Evaluator
Dosen
berperan mengumpulkan data tentang keberhasilan pembelajaran yang telah
dilakukan. Fungsi dosen dalam memerankan perannya sebagai evaluator. Pertama
untuk menentukan keberhasilan mahasiswa dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Kedua menentukan keberhasilan dosen dalam melaksanakan seluruh
kegiatan yang telah diprogramkan.
E. Cara Untuk Menumbuhkan Motivasi Dalam
Kegiatan Belajar
1. Memberi Angka
Sebagai
simbol dari hasil aktivitas belajar mahasiswa. Oleh karena itu, langkah yang
ditempuh dosen adalah bagaimana cara memberikan angka-angka dapat dikaitkan
dengan values yang terkandung dalam setiap pengetahuan yang diajarkan, sehingga
tidak sekedar kognitif akan tetapi keterampilan dan afeksinya (HamaIlk, 2007:50).
2. Hadiah
Keampuhan
hadiah sebagai alat mendapat umpan balik dari mahasiswa yang akan terasa jika
penggunaanya tepat. Dengan memberikan hadiah secara spontanitas kepada
mahasiswa berprestasi, dengan begitu maka is akan bangga karena hasil kerjanya
dihargai dalam bentuk materi. Hal itu akan mendorong mahasiswa lain bersaing
dalam belajar.
3. Pujian
Pujian
berfungsi untuk mengarahkan mahasiswa pada hal-hal yang menunjang tercapainya
tujuan pengajaran. Dengan pemberian reinforcement
akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar.
Penggerakan motivasi belajar didasarkan prinsip-prinsip memberikan pujian lebih
efektif dibandingkan dengan punishment, pemuasan kebutuhan psikologis, motivasi
yang timbul dari dalam individu Iebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan
dari luar, pemberian reinforcement
atas jawaban atau perbuatan yang sesuai dengan keinginan (Hamalik, 2007:53).
4. Gerakan Tubuh
Gerakan
tubuh merupakan reinforcement yang
membangkitkan gairah belajar anak didik. Hal ini terjadi antara dosen dan
mahasiswa seiring untuk mencapai tujuan pengajaran.
Mahasiswa
mennberikan tanggapan atas stimulus yang diberikan. Gerakan tubuh dapat
meluruskan perilaku mahasiswa yang menyimpang dari tujuan pembelajaran.
5. Memberi Tugas
Mahasiswa
yang menyadari akan mendapat tugas dari dosen setelah menerima materi, akan
memperhatikan penyampaian materi dengan baik.
6. Memberi Ulangan
Ulangan
sebagai evaluasi proses, evaluasi produk, dan umpan batik dari mahasiswa.
7. Mengetahui Hasil
Dengan
mengetahui hasil dari apa yang telah dilakukan mahasiswa dapat mendorong
mahasiswa mempertahankannya bahkan meningkatkannya.
8. Hukuman
Hukuman
adalah reinforcement negative, tetapi
kalau jika diberikan secara tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi.
F. Hubungan Pemberian Reinforcement dengan Motivasi Belajar
Motivasi
pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu,
termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Kunci penentu motivasi belajar
mahasiswa adalah reinforcement bisa
berupa rewards. Dosen dapat menggunakan bermacam-macam motivasi positif bagi
mahasiswa dalam belajar seperti memberi point, hadiah, kompetisi, pujian, dan
sebagainya. Sedangkan memberi teguran, kecaman, sindiran, celaan dan hukuman
pada umumnya dapat menurunkan motivasi mahasiswa. Dosen juga dapat menciptakan
situasi belajar yang menimbulkan kompetisi yang sehat diantara mahasiswa (Uno,
2007:81).
Suasana
kompetisi di kelas yang segera diberi reinforcement
akan menimbulkan perasan puas terhadap hasil-hasil belajar atau prestasi yang
telah dicapai oleh mahasiswa. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan
secara potensial terjadi sebagai hasil dari penguatan (reinforcement) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu
(Uno, 2007:81).
Peranan
dosen sebagai motivator panting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan
dan pengembangan kegiatan belajar mahasiswa. Dosen harus dapat merangsang dan
memberikan dorongan serta reinforcement
untuk mendinamiskan potensi mahasiswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya
cipta (kreativita).