Entri Populer

Sabtu, 20 Juli 2013

Motivasi dan Reinformence Belajar



A.    Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan dosen dan mahasiswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi dalam peristiwa pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara dosen dan mahasiswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri mahasiwa yang sedang belajar (Uzer, 2008:48).
1.      Prinsip-Prinsip Belajar
a.       Perhatian dan Motivasi
Perhatian terhadap materi akan timbul pada mahasiswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu kebutuhannya. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar.
Suatu hadiah yang diharapkan diperoleh sesudah melakukan kegiatan, dapat menimbulkan motivasi. Hal ini merupakan dasar teori belajar B.F. Skinner yaitu Operant conditioning (Purwanto, 2004:71).


b.      Keaktifan
Menurut teori kognitif Gage and Berliner (1984, dalam Purwanto, 2004) belajar menunjukan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang diterima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini mahasiswa memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu.
c.       Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Edgar Dale (1954, dalam Sardiman, 2007) dalam penggolongan pengalamannya belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung mahasiswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
d.      Pengulangan
Teori Psikologi Daya, menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamati, menanggapi, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.
e.       Tantangan
Teori medan (Field Theory) dari Kurt Lewin 1975 mengemukakan bahwa mahasiswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan psikologis.
f.       Balikan dan Reinforcement
Menurut B.F, Skinner (1953, dalam Purwanto, 2004) prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan terutama penguatan ditekankan oleh teori belajar operant conditioning. Jika pada teori conditioning yang diperkuat adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effect-nya Thorndike.
Gage dan Berliner (1984, dalam Purwanto, 2004) mengatakan bahwa mahasiswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu menurut B.F. Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain reinforcement positif maupun negatif dapat memperkuat belajar.
g.      Perbedaan Individual
Perbedaan individual terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya.

B.     Reinforcement
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi mahasiswa atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan atau koreksi. Melalui reinforcement yang diberikan, maka mahasiswa akan terdorong untuk memberikan respon setiap kali muncul stimulus dari dosen (Uzer, 2008:50).
1.  Tujuan dari Pemberian Reinforcement.
Pemberian reinfrocemen yang dilakukan oleh dosen dalam proses pembelajaran adalah :
a.  Meningkatkan perhatian mahasiswa terhadap materi.
b.  Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
c.  Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku mahasiswa yang produktif.
d. Mempermudah proses belajar, mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar.
e.  Mengarahkan kepada cara berfikir yang baik/divergen dan inisiatif pribadi (Alma, 2008:90).
2.  Penggunaan Reinforcement
 Reinforcement digunakan oleh dosen dalam proses pembejaran, terutama untuk mendapatkan atau menguatkan hal-hal sebagai berikut:
a.  Perhatian terhadap dosen, teman, obyek diskusi
b.  Tingkah laku belajar
c.  Penyelesaian hasil pekerjaan
d. Kualitas pekerjaan/tugas
e.  Perbaikan/penyempurnaan tugas
f.  Tugas-tugas independen
(Alma, 2008:92)
3.  Jenis-Jenis Reinforcement
a.  Reinforcement Positif
Berikut ini adalah reinforcement positif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran :
1)  Reinforcement verbal
Reinforcement verbal adalah reinforcement yang diungkapkan atau diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, dan persetujuan misalnya:
a)  Kata-kata : bagus, bagus sekali, betul, pintar, baik, hebat sekali, benar sekali, sangat teliti, menakjubkan.
b) Kalimat : Itu suatu pikiran yang baik, cara berfikir itu kritis sekali.
2)  Reinforcement nonverbal
Reinforcement nonverbal adalah penguatan yang diungkapkan melalui bahasa isyarat.
a)  Penguatan gerak isyarat (Gestural Reinforcement)
Anggukan atau gelengan kepala, senyuman, kerut kening, acungan jempol, sorot mata yang sejuk bersahabat atau tajam memandang.
b) Penguatan pendekatan (Proximity Reinforcement)
Dosen mendekati mahasiswa untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya terhadap materi yang diberikan, tingkah laku atau penampilan mahasiswa. Misalnya dosen duduk disamping mahasiswa, berjalan menuju mahasiswa, duduk dekat mahasiswa, atau berjalan di sisi mahasiswa. Reinforcement ini berfungsi untuk menambah reinforcement verbal.
c)  Penguatan dengan sentuhan (Contact Reinforcement)
Dosen dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap usaha dan penampilan mahasiswa dengan cara menepuk-nepuk bahu atau pundak mahasiswa, berjabat tangan. Penggunaannya harus dipertimbangkan dengan seksama agar sesuai dengan usia jenis kelamin, dan latar belakang kebudayaan setempat.
d) Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan.
Dosen dapat menggunakan kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang disenangi siswa sebagai penguatan.
e)  Penguatan berupa symbol atau benda (Token Reinforcement).
Reinforcement ini dilakukan dengan cara menggunakan berbagai simbol berupa benda.
b. Reinforcement Negatif
Reinforcement Negatif adalah adalah beberapa stimulus atau kejadian yang bilamana dihentikan atau tidak ditampilkan akan meningkatkan atau memelihara kekuatan respon.
4.  Sifat-sifat Reinforcement
Terdapat tiga faktor untuk mempertimbangkan keefektifan stimulus atau kejadian yang berfungsi sebagai reinforcement, yaitu :

a.   Kualitas reinforcement
b.   Kuantitas reinforcement
c.   Jumlah usaha organisme untuk memperoleh reinforcement.
Pada umumnya, kualitas atau kuantitas atau jumlah usaha mahasiswa apabila memiliki nilai yang tinggi, maka akan lebih efektif stimulus atau kejadian tersebut berfungsi sebagai reinforcement.
5.  Teori-Teori Reinforcement
a.   Drive-Reduction Theory
Teori reduksi dorongan menjelaskan pemberian reinforcement sebagai mereduksi dorongan atau menurunkan kebutuhan atau mereduksi kondisi aversi/keengganan, sehingga respon yang diharapkan meningkat dan tetap terpelihara.
b.   Optimum-Arousal Theory
Teori arousal optimum menjelaskan bahwa setiap mahasiswa memiliki tingkat arousal optimum. Reinforcement merupakan stimulus atau kejadian yang menolong mahasiswa untuk memelihara tingkat optimum, sehingga respon mahasiswa tetap terpelihara atau meningkat.
c.   Stimulus-Change Theory
Teori merubah stimulus menjelaskan bahwa reinforcement merubah stimulus sedemikian rupa sehingga respon yang muncul adalah respon yang diharapkan, dan mencegah munculnya respon yang tidak diharapkan (Wicaksono, 2009:87).

6.  Prinsip Penggunaan Reinforcement
a.  Kehangatan dan keantusiasan
Saat dosen memberikan reinforcement sikap dan gaya dosen, termasuk suara, mimik, dan gerak badan, menunjukan adanya kehangatan dan keantusiasan, ini menunjukan bahwa reinforcement benar-benar diberikan sebagai balasan atas respon yang diberikan mahasiswa. Dengan demikian tidak terjadi kesan bahwa dosen berpura-pura dalam memberikan reinforcement (Uzer, 2008:87).
b.  Kebermaknaan
Reinforcement hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan mahasiswa sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi reinforcement. Dengan demikian reinforcement itu bermakna baginya.
c.  Menghindari Penggunaan Respon Negatif
Respon negatif dosen yang berupa komentar, bercanda menghina, ejekan yang kasar perlu dihindari karena akan mematahkan semangat mahasiswa untuk mengembangkan dirinya. Misalnya jika seorang mahasiswa tidak dapat memberikan jawaban yang diharapakan, dosen jangan langsung menyalahkannya tapi bisa melontarkan kepada mahasiswa lain.



7.  Cara Menggunakan Reinforcement
a.  Reinforcement Kepada Pribadi Tertentu
Reinforcement harus jelas kepada siapa ditunjukan sebab bila tidak, akan kurang efektif. Oleh karena itu sebelum memberikan reinforcement dosen terlebih dahulu menyebut nama mahasiswa yang bersangkutan sambil menatap kepadanya (Uzer, 2008:87).
b.  Pemberian Reinforcement Dengan Segera
Reinforcement seharusnya diberikan segera setelah muncul tingkah laku atau respon siswa yang diharapakan. Reinforcement yang ditunda, cenderung akan kurang efektif dan kurang bermakna.
c.  Variasi Dalam Penggunaan
Reinforcement yang sejenis dan dilakukan berulang-ulang dapat menimbulkan kebosananan sehingga tidak efektif lagi untuk membangkitkan motivasi belajar mahasiswa. Olah sebab itu, reinforcement perlu dilakukan dengan teknik yang bervariasi. Sekali-kali gunakan reinforcement dengan bahasa verbal dan di lain waktu gunakan dengan gerakan-gerakan.

C.  Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan proses yang membangkitkan energi, mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku seseorang dalam belajar. Motivasi akan menentukan intensitas usaha mahasiswa dalam mencapai tujuan belajar.
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan ekstrinsik, adalah adanya perhargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar (Uno, 2007:14).
1.  Hakikat Motivasi Belajar
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada mahasiswa untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat dikiasifikasikan sebagai berikut :
a.   Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b.   Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c.   Adanya harapan dan cita-cita masa depan
d.   Adanya penghargaan dalam belajar
e.   Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f.    Adanya lingkungan belajar yang kondusif (Uno, 2007:21)
2.   Pentingnya Motivasi Dalam Belajar
Dalam buku yang diterbitkan, The Center for Vocational Education, The Ohio State University. Teaching dan learning principles. Ohio: American Association for Vocational Instruktional Materials, 1977, menguraikan mengenai pentingnya motivasi belajar sebagai berukut:
a.  Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.
b.  Menginfomiasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman sebayanya.
c.  Mengarahkan kegiatan belajar.
d. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan.
e.  Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat mahasiswa untuk belajar sampai berhasil, membangkitkan; bila mahasiswa tak semangat, meningkatkan bila semangat belajarnya timbul tenggelam; memelihara, bila semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini, hadiah, pujian, dorongan atau pemicu semangat dapat digunakan untuk mengobarkan semangat belajar.
f.  Mengetahui dan memahami motivasi belajar mahasiswa dikelas bermacam-macam; ada yang acuh tak acuh, ada yang tak memusatkan perhatian, ada yang bermain, di samping yang bersemangat untuk belajar. diantara yang bersemangat belajr, ada yang tidak berhasil dan berhasil. Dengan bermacam ragamnya motivasi belajar tersebut, maka dosen dapat menggunakan bermacam-macam strategi belajar mangajar.
g.  Meningkatkan dan menyadarkan dosen memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti sebagai penasehat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah atau pendidik.
h.  Memberi peluang guru untuk "unjuk kerja" rekayasa pendagogis. Tugas dosen adalah membuat semua mahasiswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada "mengubah" mahasiswa tak berminat menjadi bersemangat belajar "mengubah " mahasiswa cerdas yang acute menjadi bersemangat belajar.
3. Indikator Motivasi Belajar
Motivasi merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul dari dalam diri mahasiswa untuk memberikan kesiapan agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai, beberapa indikator yang dapat diamati didentifikasi dalam hal-hal berikut:
a.  Ketekunan dalam belajar
1)   Kehadiran di kelas
2)   Mengikuti proses belajar mengajar (PBM)
3)   Belajar di rumah
b.  Ulet dalam menghadapi kesulitan
c.  Usaha mengatasi kesulitan
d. Minat dalam belajar
1)   Kebiasaan dalam mengikuti pembelajaran
2)   Semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar
e.  Prestasi dalam belajar
1)   Keinginan untuk berprestasi
2)   Kualifikasi khas
f.    Mandiri dalam belajar
1)   Penyelesaian tugas-tugas
2)   Menggunakan kesempatan di luar jam pelajaran
               (Sardiman, 2007:67)
D.  Peran Dosen Dalam Proses Pembelajaran
1.  Sumber Belajar
Peran sebagai sumber belajar berkaitan dengan penguasaan materi. Dikatakan dosen yang baik manakala is dapat menguasai materi dengan baik, sehingga benar-benar berperan sebagai sumber belajar bagi mahasiswa (Djamarah, 2007:77).
2.  Fasilitator
Sebagai fasilitator, dosen berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan mahasiswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
3.  Pengelola
Sebagai pengelola pembelajaran (learning rnanajer), dosen berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik dosen dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh mahasiswa.
4.  Demonstrator
Peran dosen sebagai demonstrator untuk mepertunjukan pada mahasiswa segala sesuatu yang dapat membuat mahasiswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.
5.  Pembimbing
Membimbing mahasiswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup, membimbing mahasiswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka.

6.  Motivator
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi mahasiswa yang kurang berprestasi bukan karena kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi belajar.
Proses pembelajaran akan berhasil manakala mahasiswa mempunyai motivasi dalam belajar. Untuk memperoleh hasil belajar optimal dosen dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar mahasiswa.
Dosen merupakan penggerak kegiatan belajar para mahasiswanya. Seorang dosen harus menyusun suatu rencana tentang cara-cara melakukan tindakan serta mengumpulkan bahan-bahan yang dapat membangkitkan serta mendorong para mahasiswa agar mereka terus melakukan usaha-usaha yang efektif untuk mencapai tujuan-tujuan belajar dalam pikirannya.
Tiap dosen berusaha memotivasi semua mahasiswa dengan tehnik yang sama sehingga mungkin sebagian akan tertolong, tetapi sebagian lagi tidak. Oleh karena itu dosen perlu terus belajar mengenai cara-cara membangkitkan motivasi ini. Suatu teori menyatakan bahwa pemberian motivasi yang berhasil harus berasal dari pemenuhan kebutuhan dasar para mahasiswa (Hamalik, 2007:105).
7.  Evaluator
Dosen berperan mengumpulkan data tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Fungsi dosen dalam memerankan perannya sebagai evaluator. Pertama untuk menentukan keberhasilan mahasiswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kedua menentukan keberhasilan dosen dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.

E.  Cara Untuk Menumbuhkan Motivasi Dalam Kegiatan Belajar
1.   Memberi Angka
Sebagai simbol dari hasil aktivitas belajar mahasiswa. Oleh karena itu, langkah yang ditempuh dosen adalah bagaimana cara memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung dalam setiap pengetahuan yang diajarkan, sehingga tidak sekedar kognitif akan tetapi keterampilan dan afeksinya (HamaIlk, 2007:50).
2.   Hadiah
Keampuhan hadiah sebagai alat mendapat umpan balik dari mahasiswa yang akan terasa jika penggunaanya tepat. Dengan memberikan hadiah secara spontanitas kepada mahasiswa berprestasi, dengan begitu maka is akan bangga karena hasil kerjanya dihargai dalam bentuk materi. Hal itu akan mendorong mahasiswa lain bersaing dalam belajar.
3.   Pujian
Pujian berfungsi untuk mengarahkan mahasiswa pada hal-hal yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Dengan pemberian reinforcement akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar. Penggerakan motivasi belajar didasarkan prinsip-prinsip memberikan pujian lebih efektif dibandingkan dengan punishment, pemuasan kebutuhan psikologis, motivasi yang timbul dari dalam individu Iebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar, pemberian reinforcement atas jawaban atau perbuatan yang sesuai dengan keinginan (Hamalik, 2007:53).
4.   Gerakan Tubuh
Gerakan tubuh merupakan reinforcement yang membangkitkan gairah belajar anak didik. Hal ini terjadi antara dosen dan mahasiswa seiring untuk mencapai tujuan pengajaran.
Mahasiswa mennberikan tanggapan atas stimulus yang diberikan. Gerakan tubuh dapat meluruskan perilaku mahasiswa yang menyimpang dari tujuan pembelajaran.
5.   Memberi Tugas
Mahasiswa yang menyadari akan mendapat tugas dari dosen setelah menerima materi, akan memperhatikan penyampaian materi dengan baik.
6.   Memberi Ulangan
Ulangan sebagai evaluasi proses, evaluasi produk, dan umpan batik dari  mahasiswa.
7.   Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil dari apa yang telah dilakukan mahasiswa dapat mendorong mahasiswa mempertahankannya bahkan meningkatkannya.
8.   Hukuman
Hukuman adalah reinforcement negative, tetapi kalau jika diberikan secara tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi.

F.  Hubungan Pemberian Reinforcement dengan Motivasi Belajar
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Kunci penentu motivasi belajar mahasiswa adalah reinforcement bisa berupa rewards. Dosen dapat menggunakan bermacam-macam motivasi positif bagi mahasiswa dalam belajar seperti memberi point, hadiah, kompetisi, pujian, dan sebagainya. Sedangkan memberi teguran, kecaman, sindiran, celaan dan hukuman pada umumnya dapat menurunkan motivasi mahasiswa. Dosen juga dapat menciptakan situasi belajar yang menimbulkan kompetisi yang sehat diantara mahasiswa (Uno, 2007:81).
Suasana kompetisi di kelas yang segera diberi reinforcement akan menimbulkan perasan puas terhadap hasil-hasil belajar atau prestasi yang telah dicapai oleh mahasiswa. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari penguatan (reinforcement) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu (Uno, 2007:81).
Peranan dosen sebagai motivator panting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar mahasiswa. Dosen harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamiskan potensi mahasiswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativita).

Cara Belajar & Prestasi Belajar



A.       Cara Belajar
Pengertian cara belajar adalah kombinasi dari bagaimana seorang menyerap, mengatur dan mengolah informasi ( Bobbi De Porter dan Mike Hernacki,1992:111 ).
Pendapat Rudolf  Pintner dalam M.Ngalim Purwanto, 1990:113, mengemukakan 10 macam cara – cara belajar yang baik seperti berikut :
1.      Metode keseluruhan kepada bagian
Didalam mempelajari sesuatu kita harus memulai dahulu dari keseluruhan, kemudian mendetail kepada bagian – bagiannya.
2.      Metode keseluruhan lawan bagian
Untuk bahan – bahan yang skopnya tidak terlalu luas untuk tepat digunakan metode keseluruhan, seperti menghafal syair, membaca buku cerita pendek
3.      Metode campuran antara keseluruhan dan bagian
Metode ini baik digunakan untuk bahan – bahan pelajaran yang skopnya sangat luas atau yang sukar – sukar
4.      Metode Resitasi
Resitasi dalam hal ini berarti mengulangi atau mengucapkan kembali sesuatu yang telah dipelajari


5.      Jangka waktu belajar
Dari hasil eksperimen ternyata jangka waktu produktif menghapal 20-30 menit, jangka waktu yang lebih dari 30 menit relatif yang kurang produktif
6.      Pembagian waktu belajar
Bahwa belajar yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa istirahat tidak efisien dan efektif, oleh karena itu untuk belajar yang produktif diperlukan adanya pembagian waktu belajar.
7.      Membatasi kelupaan ( counteract forgetting )
Agar supaya jangan sampai lekas lupa atau hilang sama sekali apa yang sudah dipelajari, maka dalam belajar perlu adanya ulangan atau review
8.      Menghapal ( cramming )
Metode ini berguna terutama jika tujuanya untuk dapat menguasai serta memproduksi kembali dengan cepat bahan – bahan pelajaran yang luas atau banyak dalam waktu yang relatif singkat.
9.      Kecepatan belajar dalam hubunganya dengan ingatan
Didalamnya terdapat koreksi negatif antara kecepatan memperoleh suatu pengetahuan dengan daya ingatan terhadap pengetahuan itu.
10.  Retroactive inhibition yaitu :
Berbagai pengetahuan yang telah kita miliki itu didalam diri kita seolah – olah merupkan unit – unit yang selalu berkaitan satu sama lain, bahkan sering pula yang satu mendesak atau menghambat yang lain, untuk menghindari Retroactive inhibition disarankan agar dalam belajar jangan mencampur aduk, dalam arti beberapa mata pelajaran dipelajari dalam suatu waktu sekaligus.
B.     Belajar dan Prestasi Belajar
1.      Belajar
1.1    Pengertian belajar
Ada  beberapa konsep yang berbeda yang disampaikan para ahli untuk mendefinisikan pengertian belajar. Hal ini bergantung pada pengetahuan dan disiplin ilmu yang dimiliki para ahli tersebut. Untuk lebih jelas penulis mencoba menampilkan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar
a.       Dr. Omar Hamalik ( 1983 : 21 ) menyatakan belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara – cara bertingkah laku yang baru  berkat pengalaman dalam latihan.
b.      Crow and Crow dan Hilgard ( dalam Sukmadinata 1991 : 23 ) menyatakan belajar adalah diperolehnya kebiasaan – kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.
c.       Witherington ( dalam Sukmadinata 1991 : 23 ) menyebutkan belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang manifestasikan sebagai pola – pola respon yang baru berbentuk keterampilan sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.
d.      Di Vesta dan Tomson ( dalam Sukmadinata 1991 : 25 ) menyatakan belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif sebagai hasil dari pengalaman.
Ahli lain yang memberikan definisi tentang belajar adalah Rusyan dan Daryani ( 1990 : 5 – 6 ) mereka mengemukakan beberapa definisi sebagai berikut :
1)    Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Pada rumusan ini terkandung makna bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Menurut ahli ini belajar bukan harus mengingat melainkan lebih luas dari pada itu yakni menjalani. Hasil dari belajar bukan penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan.
2)    Belajar suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Pembahasan ini menitik beratkan pada interksi antara individu atau objek didik dengan lingkungan.
3)    Belajar dalam arti yng luas adalah perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai – nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisir. Proses perubahan itu maksudnya ialah adanya interaksi anatara individu dengan suatu sikap, nilai, kebiasaan, pengetahuan dan keterampilan dalam hubungan dengan dunuanya sehingga memungkinkan individu itu berubah,sedangkan perubahan yang dimaksud yaitu perubahan yang baik yaitu dalam bentuk penguasaan, penggunaan maupun penilaian sikap, nilai kebiasaan pengetahuan maupun kecakapan – kecakapan yang diperoleh yang merupakan penambahan atau peningkatan suatu prilaku.
Slameto ( 1988 : 2 ) menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Pendapat para ahli diatas secara tidak langsung menunjukkan keanekaragaman dalam mendefinisikan pengertian belajar. Namun demikian secara eksplisit maupun implisit pada akhirnya terdapat kesamaan makna yang jika disimpulkan konsep belajar selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Perubahan tersebut menurut Sukmadinata ( 1991 : 24 ) dapat berkenan dengan penguasaan dan penambahan pengetahuan, kecakapan, sikap nilai, motivasi, kebiasaan, minat, apresiasi, dan sebagainya. Sedangakan perubahan yang berdasarkan pengalaman berkenaan dengan segala bentuk pengalaman atau hal – hal yang pernah dialami. Pengalaman karena membaca, melihat, mendengar, merasakan, melakukan, menghayati, membayangkan, merencanakan, melaksanakan, menilai, mencoba, menganalisis, memecahkan semua yang dialami.
Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar berbeda dengan perubahan tingkah laku sebagai akibat pertumbuhan atau perkembangan.perubahan tingkah laku akibat belajar akan mencirikan adanya kesadaran dari individu yang belajar. M Surya ( 1985 : 23 ) mengatakan bahwa suatu proses usaha yang dilakukuan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil penglaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan sekitrnya. Lebih rinci lagi M Surya ( 1985 : 24 – 25 ) mengemukakan ciri – ciri perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar sebagai berikut :
1.    Perubahan yang disadari, hal ini menunjukkan bahwa individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu, atau sekurang – kurangnya individu merasakan yang telah terjadi suatu perubahan pada dirinya. Misalnya, individu itu menyadari bahwa pengetahuanya bertambah, kecakapan bertambah, dan kebiasaanya berubah sedangkan bila perubahan itu karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar hal ini tidak termasuk kedalam pengertian belajar karena inividu tersebut tidak menyadari adanya suatu perubahan dalam dirinya.
2.    Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional, artinya perubahan yang terjadi dalam individu sebagai hasil belajar akan berlangsung terus – menerus dan dinamis. Satu perubahan akan terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya. Misalnya, anak yang belajar menulis akan mengalami perubahan diri tidak dapat menulis menjadi dapat menulis bahkan bisa menulis indah.
3.    Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Perubahan belajar bersifat positif artinya bahwa perubahan itu senantiasa bertambah dan bertujuan untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumya, atau dengan kata lain makin banyak usaha belajar itu dilakukan maka perubahan yang diperoleh makin baik, sementara perubahan bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi dengan usaha yang dilakukan individu itu sendiri secara aktif. Misalnya perubahan karena kematangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
4.    Perubahan dalam belajar tidak bersifat temporer dan bukan karena proses kematangan pertumbuhan atau perkembangan. Artinya,perubahan yang bersifat sementara atau temporer yang terjadi karena atau hanya beberapa saat saja seperti kekeringan, bersih, tidak termasuk perubahan dalam arti belajar. Demikian karena proses kematangan dan perkembangan lebih bersifat karena dorongan dari dalam. Perubahan dalam belajar karena pengaruh atau dorongan dari luar dan sengaja.
5.    Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah, artinya perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan tingkah laku yang dikehendaki benar – benar didasari oleh individu yang ingin mencapainya. Perubahan belajar akan terarah pada perubahan tersebut. Misalnya individu yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dicapai dengan belajar mengetik.
1.2.  Proses Belajar
Proses belajar yang dikakukan individu adalah sebagian dari pemenuhan kebutuhan. Dilihat dari cara individu memenuhi kebutuhan belajar dapat mencakup tiga bentuk. M Surya ( 1985 : 41 ) berpendapat bahwa ada beberapa cara memenuhi kebutuhan belajar, ( 1 ) dengan rileks yaitu pemenuhan yang tanpa dipelajari karena caranya sederhana, bersifat otomatis dan ingstingtif, ( 2 ) dengan kebiasaan yaitu individu memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan pola – pola tingkah laku yang sudah dimilikinya dan sudah relatif menetap, ( 3 ) adalah dengan perubahan belajar. Cara ini digunakan jika situasi kebutuhan tidak dapat dipenuhi dengan refleks dan kebiasaan, artinya pola – pola tingkah laku yang telah ada belum bisa untuk memenuhinya. Usaha individu untuk memenuhi pola tingkah laku yang baru ini dilakukan dengan kegiatan belajar sehingga hal ini dapat dikatakan perbuatan belajar karena kebutuhan yang dirasakan oleh individu.
Cronbach ( V.J. Suparjan dan Uman S. 1986 : 30 ) mengemukakan tujuh elemen yang melandasi terjadinya proses belajar dalam diri individu yaitu :
1.    Goal, perbuatan belajar dimulai karena ada tujuan yang ingin dicapai, hal ini berarti bahwa proses belajar akan berhasil jika individu tersebut benar – benar menyadari tujuan yang ingin dicapai secara jelas.
2.    Readness artinya proses belajar akan bergantung pada kesiapan dalam diri individu, baik secara fisik maupun secara fisikis. Kesiapan dapat diartikan sebagai sejumlah respon atau kemampuan tertentu untuk bertindak kesiapan ini bergantung pada tingkat kematangan individu. Karena itu keberhasilan perbuatan belajar individu akan bergantung pada kesiapan individu yang bersangkutan.
3.         Situation, adalah situasi yang terdiri dari sejumlah objek, orang ada disekitar individu. Pengalaman individu pada suatu situasi akan mempengaruhi pengalaman atau respon individu dalam suatu situasi yang lain. Hal ini berarti bahwa proses belajar akan berhasil bila benar – benar memperhatikan situasi.
4.    Interpretation, adalah suatu proses pengarahan perhatian terhadap bagian – bagian situasi yang menghubungkan pengalaman – pengalaman yang lalu dan meramalkan apa yang dapat dilakukan pada situasi tersebut. Kemampuan individu dalam menginterpretasikan suatu situasi sesuai dengan pengalamannya akan menentukan keberhasilan dalam belajar.
5.    Consequence atau akibat, merupakan akibat setelah individu melakukan kegiatan. Kegiatan itu mungkin berupa kegagalan atau keberhasilan, jika berhasil individu akan merasa puas dan akan memikirkan kegiatan selanjutnya, dan jika gagal individu merasa kecewa.
6.         Response, berdasarkan seleksi dari tindakan yang akan dilakukan dan dengan pertimbangan yang tepat untuk menghadapinya. Response diartikan sebagai suatu aksi yang datang dari dalam diri individu yang mengakubatkan individu melakukan kegiatan.
7.    Reacting to thwarting ( reaksi terhadap kegagalan ), cara ini dilakukan apabila individu mengalami kegagalan. Jika individu mengalami kegagalan dalam mencaai tujuan biasanya akan menunjukkan ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
1.3.       Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar
Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang menyeluruh, tidak dapat dilepaskan dari faktor dan kondisi yang ada disekitarnya. Berhasil tidaknya proses belajar dalam arti mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan, akan bergantung pada faktor situasi dan kondisi yang mempengaruhinya. Dengan demikian untuk memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan apa yang diharapkan maka perlu diperhatikan faktor situasi dan kondisi tertentu.
Faktor – faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar itu banyak sekali antara lain : berupa alat pelajaran guru atau pengajar, interaksi belajar, lingkungan atau dalam diri siswa sendiri ( Suparjan dan Uman S, 1983 : 31 ) sedangkan M Surya ( 1985 : 62 ) mengemukakan tujuh elemen yang mempengaruhi belajar mengajar,yaitu :
1)             Karakteristik pelajaran
2)             Karakteristik guru atau pengajar
3)             Interaksi pelajaran dengan pengajar
4)             Karakteristik kelompok
5)             Karakteristik fasilitas fisik
6)             Subject matter
7)             Faktor lingkungan luar
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi proses belajar. Faktor pertama terdapat dalam diri siswa itu sendiri. Faktor kedua terdapat diluar diri siswa. Faktor yang terdapat dalam diri siswa disebut faktor internal, sedangkan faktor yang terdapat diluar diri siswa disebut faktor eksternal.
2.             Prestasi Belajar
2.1 Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda prestetie yang mengandung makna hasil usaha, prestasi dapat diamati karena kita sudah mengetahui tingkatan dan ruang lingkup program yang telah dipelajari oleh individu yang bersangkutan. Menurut Poerwadarminta ( 1978 : 768 ) prestasi adalah hasil yang telah dicapai,dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang, untuk mengetahui sampai sejuhmana perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu sebagai hasil belajar, maka di adakan evaluasi
Prestasi belajar pada dasarnya bisa ditunjukkan oleh hasil belajar, baik dalam ranah kognitif, efektif maupun psikomotor sebagaimana diungkapkan oleh Nurdin Abas sebagai berikut : prestasi belajar pada hakekatnya adalah hasil dari belajar dari individu yang dimanivestasikan kedalam pola tingkah laku dan perbuatan skill dan pengetahuan serta dapat dilihat dari hasil belajar itu sendiri ( Abas, 1984:42 )
Masih mengenai prestasi belajar, Handarwi Nawawi mengemukakan pendapat sebagai berikut : prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan seseorang dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran ( Nawawi dalam fianti, 1978 : 20 ).
Hasil belajar yang diperoleh akan nampak dengan adanya perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu yang bersangkutan. Sehubungan dengan hasil belajar ini Surya ( 1985 : 27 ) mengemukakan bahwa manivestasi perbuatan belajar ditandai dengan adanya pola – pola sambutan baru dalam tingkah laku individu. Denga kata lain bahwa individu yang sudah mengalami proses belajar keadaanya akan berbeda dengan sebelum mengalami proses belajar.
Tentang prestasi belajar, M Surya ( 1979 : 174 ) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah keseluruhan kecakapan hasil capai yang diperoleh melalui proses belajar mengajar disekolah yang dinyatakan dengan nilai berdasarkan prestasi belajar.
Prestasi belajar menurut Bloom ( dalam Makmun, 1986 : 146 ) dapat digolongkan ke dalam tiga bagian atau terkenal dengan istilah taksonomi Bloom yaitu ( 1 ) kognitif, ( 2 ) afektif, ( 3 ) psikomotor.
Berdasarkan para ahli diatas dapat dikatakan bahwa pretasi belajar akan terlihat berdasarkan perbedaan prilaku sebelum dan sesudah belajar dilakukan siswa. Hal tersebut pada umumnya dapat dijadikan tolak ukur berhasil atau tidaknya suatu kegiatan belajar mengajar.
2.2.  Faktor – faktor yang mempengauhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar. Setiap proses belajar selalu berhubungan dengan unsur lain atau berkaitan dengan faktor lain yang akan berpengaruh terhadap hasilnya.
Berkenaan dengan faktor yang mempengaruhi  prestasi belajar, Surya (  1979 : 36 ) mengemukakan prestasi belajar yang dicapai oleh seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Sejalan dengan pendapat diatas, Hamali ( 1983 : 36 ) menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar :
a)         Faktor yang bersumber pada diri sendiri;
b)        Faktor yang bersumber pada lingkungan sekolah;
c)         Faktor yang bersumber pada lingkungan kerja;
d)        Faktor yang bersumber pada lingkungan masyarakat;
Masih berkenaan dengan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, Natawijaya dalam buku Metode belajar dan Kesulitan – kesulitan Belajar, menjelaskan secara rinci. Menurut Natawijaya ( 1980 :16 ), secara umum prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor dari dalam diri siswa, dan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa.
Faktor internal terbagi dalam beberapa bagian sebagai berikut:
1.    Faktor jasmaniah, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang termasuk kedalam faktor ini misalnya : penglihatan, pendengaran, struktur tubuh.
2.    Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang terdiri atas :
a)        Faktor intelektual yang terdiri atas :
1.      Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
2.      Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki
b)        Faktor kematang fisik maupun psikis
 Faktor internal digolongkan menjadi beberapa faktor yaitu :
1.                                  Faktor sosial yang terdiri atas :
a)        Lingkungan keluarga;
b)        Lingkungan sekolah;
c)        Lingkungan masyarakat;
d)       Lingkungan kelompok;
2.    Faktor seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian.
3.    Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasiltas belajar dan iklim.
4.    Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan
Faktor – faktor tersebut diatas saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.
Hal senada juga diungkapkan oleh Sukmadinata (1991 : 32 ) yang menyatakan usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oeh banyak faktor yang dapat bersumber pada dirinya atau diluar  dirinya seperti lingkungan.
Nana Sujana dalam Tabrani Rusyana ( 1990 : 21 ) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar. Hasil belajar yang dicapai dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri sendiri dan faktor yang datang dari luar atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri terutama kemampuan yang dimiliki, faktor kemempuan besar sekali pengaruhnnya terhadap kesuksesan belajar yang dicapai. Hasil belajar disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh faktor dari luar, yakni faktor lingkungan. Disamping faktor kemmempuan yang dimiliki oleh siswa terdapat juga faktor yang mendukung terhadap kesuksesan belajar, terutama hal yang dimiliki oleh siswa sebagai potensi yang sangat besar terhadap keberhasilan belajar yaitu :
a)         motivasi belajar
b)        minat dan perhatian
c)         sikap dan kebiasaan belajar
d)        ketekunan
e)         sosial ekonomi
f)             faktor fisik
g)        faktor psikis
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan belajar :
a)         sistem pengajaran
b)        cara belajar
c)         sumber – sumber belajar
d)        keluarga
e)         media dan teknologi
Bertolak dari berbagai pendapat para ahli maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan diatas adalah bahwa prestasi belajar siswa pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor internal yaitu yang datang dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Pembahasan kedua faktor itu akan penulis uraikan pada pembahasan dibawah ini.

2.3.       Faktor Intenal
Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar ialah kondisi psikologis dan fsiologis individu. Kondisi psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Abin Syamsudin ada delapan faktor yaitu ( 1 ) kapasitas dasar ( intelegensi ) ( 2 ) bakat khusus ( 3 ) motivasi ( 4 ) minat ( 5 ) kematangn ( 6 ) kesiapan ( 7 ) sikap dan ( 8 ) kebiasaan. ( Syamsudin 1984 : 76 ), sedangkan yang termasuk kondisi fsikologis adalah kesehtan dan kemampuan alat – alat indra yang dimiliki oleh setiap individu.
Penjelasan dari faktor psikologis akan dibahas satu – persatu dibawah ini :
1.                                  Intelegensi
Intelegensi ( kemempuan dasar ) mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar. Dalam situasi yang normal siswa yang berintelegensi tinggi akan lebih berhasil dari pada siswa yang berintelegensi rendah, namun demikian tidak berarti setiap siswa yang mempunyi indeks intelegesi tinggi dijamin akan berhasil dalam studinya, sebab masih banyak faktor lain yang turut mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar.
2.                                  Bakat khusus
Bakat khusus mempunyai yang cukup besar terhadap prestasi belajar seseorang, terlebih – lebih jika diperkuat oleh intensitas latihan dan belajar yang tinggi. Hal ini pernah di kemukakan oleh Harry, Bakat merupakan potensi seseorang untuk lebih berhasil dalam suatu bidang pekerjaan. Bakat dapat menjadi suatu kecakapan melalui latihan dan belajar ( Harry, 1985 : 8 ).
3.                                  Motivasi
Motivasi berkaitan erat dengan pencapaian suatu tujuan. Motivasi merupakan sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Pernyatan senada juga diungkapkan oleh Sartain “ motif adalah suatu pernyataan yang kompleks didalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku perbuatan kesuatu tujuan “ ( Sartain dalam Purwanto, 1985 : 65 ) oleh karena itu sesungguhnya yang paling penting dalam proses belajar mengajar adalah bagaimana upaya menumbuhkembangkan motivasi seseorang sehingga perilakunya mencapai tujuan yang jelas.


4.                                  Minat
Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestai belajar seseorang. Sesuatu budang pekerjaan atau keadaan yang sesuai dengan minat individu akan lebih mudah untuk disimpan dalam daya ingatnya sebagaimana yang diungkapkan oleh Higart, minat sebagai kecenderungan yang tetap untuk mempertahankn dan mengenang beberapa kegiatan. ( Hilgart dalam Salmeto 1988 : 58 ).      
5.                                  Kematangan
Kematangan merupkan suatu keadaan, tingkat, atau fase dalam pertumbuhan seseorang untuk berlaku sesuai dengan perkembangannya. Kematangan dapat jug dikatakan sebagai kesiapan seseorang untuk merespon stimulus yang datang. Kematangan seseorang mempunyai pengaruh yang besar terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar, karena belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap atau matang ( Slameto, 1988 : 60 ).
6.                                  Kesiapan
Faktor kesiapan perlu mendapat perhatian dalam proses belajar mengajar karena seseorang akan berhaasil dengan baik dalam belajarnya apabila telah mempunyai kesiapan, yaitu kesiapan untuk mereaksi semua stimulus yang datang, seperti yang dikatakan oleh Draver, “ Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau mereaksi “ ( Draver dalam Slameto, 1988 : 61 )

7.                                  Sikap
Sikap beljar seseorang akan turut menentukan interaksi belajar yang dilakukanya. Sikap belajar positif akan mendorong intensitas belajar menjadi lebih efektif sehingga sikap belajar siswa harus diantisipasi dengan baik oleh guru agar pelajaran tercapai dengan baik.
8.                                  Kebiasaan
Kebiasaan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap prestasi belajar. Kebiasaan mempunyai kecenderungan akan menguasai perilaku seseorang dalam setiap kegiatan, begitupun dalam belajar. Apabila belajar telah menjadi kebiasaan maka dengan sendirinya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar seseorang.
2.4.  Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor eksternal yang mempengaruhi prestsi belajar seseorang meliputi masukan instrumental dan masukan lingkungan.
1)                  Memasukan Instrumental
Masukan instrumental adalah kelengkapan saran yang dibutuhkan untuk kelangsungan proses belajar mengajar.
Faktor instrumental terdiri atas ( a ) fasilitas belajar, ( b ) guru, ( c ) sistem penilaian dan ( d ) kurikulum. Diantara empat faktor masukan instrumental tersebut, gurulah yang menjadi figur sentral dalam menentukan prestasi belajar peserta didik.
2)                  Masukan Lingkungan
Masukan lingkungan terdiri atas dua faktor, yaitu faktor lingkungn alami antara lain keadaan cuaca, udara dan lain sebagainya. Lingkungan alami yang berpengaruh terhadap prestasi belajar yaitu pelaksanaan waktu belajar. Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan pada pagi hari akan lebih efektif dari pada belajar yang dilaksakan pada siang hari.
Dengan demikian pula dengan faktor lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar seseorang. Suasana yang sepi, lenggang, tenang, jauh dari pusat keramaian akan bemberi ketenangan belajar sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan prestasi belajar. Begitupun dengan lingkungan sosial yang lainnya, seperti lingkungan yang terbiasa belajar akan memberikan pengaruh yang besar terhadap kebiasaan belajar seseorang.
2.5.  Mengidentifikasikan Prestasi Belajar
Menurut Nurgiantoro ( 1988 : 5 ) untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan diperlukan suatu alat penilaian. Penilaian yang dimaksud diartikan sebagai suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan belajar.
Nurgiantoro lebih lanjut menjelaskan bahwa untuk dapat memberikan penilaian secara tepat ( misalnya tentang kemampuan siswa ) diperlukan data – data tentang kemampuan siswa dengan menggunakan penilaian yang berupa pengukuran keberhasilan belajar.
Prestasi belajar siswa yang merupakan hasil pengukuran yang menggunakan standar tertentu dimanifestasikan dalam bentuk nilai. Menurut buku petunjuk pelaksanaan penilaian kurikulum SMU 1994 ( 1994 : 8 ) ada dua cara pemberian nilai siswa yaitu :
1)   Cara kuantitatif, yaitu penyajian hasil penilaian dengan menggunakan angka, berpegang dengan rentang angka 1 ( satu ) sampai dengan 10 ( sepuluh ).
2)   Cara kualitatif, yaitu penyajian hasil penilaian, dengan menggunakan bentuk pernyatan variabel, misalnya baik sekali, baik, sedang, kurang, kurang sekali.
Cara yang sering digunakan dalam kegiatan penilaian dalam raport adalah cara kuantitatif, yang dalam penyajian dalam buku raport pendidikan ( raport ) menggunakan bilangan bulat.
Berdasarkan penjelasan diatas maka anggapan dasar yang mendasari penelitian ini adalah bahwa prestasi belajar siswa dikelas dipengaruhi oleh faktor motivasi eksternal.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa motivasi dengan keberhasilan belajar memiliki kolerasi yang signifikan ( Suriamiharja, 1993 : 8 )