Entri Populer

Sabtu, 20 Juli 2013

Cara Belajar & Prestasi Belajar



A.       Cara Belajar
Pengertian cara belajar adalah kombinasi dari bagaimana seorang menyerap, mengatur dan mengolah informasi ( Bobbi De Porter dan Mike Hernacki,1992:111 ).
Pendapat Rudolf  Pintner dalam M.Ngalim Purwanto, 1990:113, mengemukakan 10 macam cara – cara belajar yang baik seperti berikut :
1.      Metode keseluruhan kepada bagian
Didalam mempelajari sesuatu kita harus memulai dahulu dari keseluruhan, kemudian mendetail kepada bagian – bagiannya.
2.      Metode keseluruhan lawan bagian
Untuk bahan – bahan yang skopnya tidak terlalu luas untuk tepat digunakan metode keseluruhan, seperti menghafal syair, membaca buku cerita pendek
3.      Metode campuran antara keseluruhan dan bagian
Metode ini baik digunakan untuk bahan – bahan pelajaran yang skopnya sangat luas atau yang sukar – sukar
4.      Metode Resitasi
Resitasi dalam hal ini berarti mengulangi atau mengucapkan kembali sesuatu yang telah dipelajari


5.      Jangka waktu belajar
Dari hasil eksperimen ternyata jangka waktu produktif menghapal 20-30 menit, jangka waktu yang lebih dari 30 menit relatif yang kurang produktif
6.      Pembagian waktu belajar
Bahwa belajar yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa istirahat tidak efisien dan efektif, oleh karena itu untuk belajar yang produktif diperlukan adanya pembagian waktu belajar.
7.      Membatasi kelupaan ( counteract forgetting )
Agar supaya jangan sampai lekas lupa atau hilang sama sekali apa yang sudah dipelajari, maka dalam belajar perlu adanya ulangan atau review
8.      Menghapal ( cramming )
Metode ini berguna terutama jika tujuanya untuk dapat menguasai serta memproduksi kembali dengan cepat bahan – bahan pelajaran yang luas atau banyak dalam waktu yang relatif singkat.
9.      Kecepatan belajar dalam hubunganya dengan ingatan
Didalamnya terdapat koreksi negatif antara kecepatan memperoleh suatu pengetahuan dengan daya ingatan terhadap pengetahuan itu.
10.  Retroactive inhibition yaitu :
Berbagai pengetahuan yang telah kita miliki itu didalam diri kita seolah – olah merupkan unit – unit yang selalu berkaitan satu sama lain, bahkan sering pula yang satu mendesak atau menghambat yang lain, untuk menghindari Retroactive inhibition disarankan agar dalam belajar jangan mencampur aduk, dalam arti beberapa mata pelajaran dipelajari dalam suatu waktu sekaligus.
B.     Belajar dan Prestasi Belajar
1.      Belajar
1.1    Pengertian belajar
Ada  beberapa konsep yang berbeda yang disampaikan para ahli untuk mendefinisikan pengertian belajar. Hal ini bergantung pada pengetahuan dan disiplin ilmu yang dimiliki para ahli tersebut. Untuk lebih jelas penulis mencoba menampilkan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar
a.       Dr. Omar Hamalik ( 1983 : 21 ) menyatakan belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara – cara bertingkah laku yang baru  berkat pengalaman dalam latihan.
b.      Crow and Crow dan Hilgard ( dalam Sukmadinata 1991 : 23 ) menyatakan belajar adalah diperolehnya kebiasaan – kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.
c.       Witherington ( dalam Sukmadinata 1991 : 23 ) menyebutkan belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang manifestasikan sebagai pola – pola respon yang baru berbentuk keterampilan sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.
d.      Di Vesta dan Tomson ( dalam Sukmadinata 1991 : 25 ) menyatakan belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif sebagai hasil dari pengalaman.
Ahli lain yang memberikan definisi tentang belajar adalah Rusyan dan Daryani ( 1990 : 5 – 6 ) mereka mengemukakan beberapa definisi sebagai berikut :
1)    Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Pada rumusan ini terkandung makna bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Menurut ahli ini belajar bukan harus mengingat melainkan lebih luas dari pada itu yakni menjalani. Hasil dari belajar bukan penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan.
2)    Belajar suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Pembahasan ini menitik beratkan pada interksi antara individu atau objek didik dengan lingkungan.
3)    Belajar dalam arti yng luas adalah perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai – nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisir. Proses perubahan itu maksudnya ialah adanya interaksi anatara individu dengan suatu sikap, nilai, kebiasaan, pengetahuan dan keterampilan dalam hubungan dengan dunuanya sehingga memungkinkan individu itu berubah,sedangkan perubahan yang dimaksud yaitu perubahan yang baik yaitu dalam bentuk penguasaan, penggunaan maupun penilaian sikap, nilai kebiasaan pengetahuan maupun kecakapan – kecakapan yang diperoleh yang merupakan penambahan atau peningkatan suatu prilaku.
Slameto ( 1988 : 2 ) menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Pendapat para ahli diatas secara tidak langsung menunjukkan keanekaragaman dalam mendefinisikan pengertian belajar. Namun demikian secara eksplisit maupun implisit pada akhirnya terdapat kesamaan makna yang jika disimpulkan konsep belajar selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Perubahan tersebut menurut Sukmadinata ( 1991 : 24 ) dapat berkenan dengan penguasaan dan penambahan pengetahuan, kecakapan, sikap nilai, motivasi, kebiasaan, minat, apresiasi, dan sebagainya. Sedangakan perubahan yang berdasarkan pengalaman berkenaan dengan segala bentuk pengalaman atau hal – hal yang pernah dialami. Pengalaman karena membaca, melihat, mendengar, merasakan, melakukan, menghayati, membayangkan, merencanakan, melaksanakan, menilai, mencoba, menganalisis, memecahkan semua yang dialami.
Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar berbeda dengan perubahan tingkah laku sebagai akibat pertumbuhan atau perkembangan.perubahan tingkah laku akibat belajar akan mencirikan adanya kesadaran dari individu yang belajar. M Surya ( 1985 : 23 ) mengatakan bahwa suatu proses usaha yang dilakukuan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil penglaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan sekitrnya. Lebih rinci lagi M Surya ( 1985 : 24 – 25 ) mengemukakan ciri – ciri perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar sebagai berikut :
1.    Perubahan yang disadari, hal ini menunjukkan bahwa individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu, atau sekurang – kurangnya individu merasakan yang telah terjadi suatu perubahan pada dirinya. Misalnya, individu itu menyadari bahwa pengetahuanya bertambah, kecakapan bertambah, dan kebiasaanya berubah sedangkan bila perubahan itu karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar hal ini tidak termasuk kedalam pengertian belajar karena inividu tersebut tidak menyadari adanya suatu perubahan dalam dirinya.
2.    Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional, artinya perubahan yang terjadi dalam individu sebagai hasil belajar akan berlangsung terus – menerus dan dinamis. Satu perubahan akan terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya. Misalnya, anak yang belajar menulis akan mengalami perubahan diri tidak dapat menulis menjadi dapat menulis bahkan bisa menulis indah.
3.    Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Perubahan belajar bersifat positif artinya bahwa perubahan itu senantiasa bertambah dan bertujuan untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumya, atau dengan kata lain makin banyak usaha belajar itu dilakukan maka perubahan yang diperoleh makin baik, sementara perubahan bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi dengan usaha yang dilakukan individu itu sendiri secara aktif. Misalnya perubahan karena kematangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
4.    Perubahan dalam belajar tidak bersifat temporer dan bukan karena proses kematangan pertumbuhan atau perkembangan. Artinya,perubahan yang bersifat sementara atau temporer yang terjadi karena atau hanya beberapa saat saja seperti kekeringan, bersih, tidak termasuk perubahan dalam arti belajar. Demikian karena proses kematangan dan perkembangan lebih bersifat karena dorongan dari dalam. Perubahan dalam belajar karena pengaruh atau dorongan dari luar dan sengaja.
5.    Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah, artinya perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan tingkah laku yang dikehendaki benar – benar didasari oleh individu yang ingin mencapainya. Perubahan belajar akan terarah pada perubahan tersebut. Misalnya individu yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dicapai dengan belajar mengetik.
1.2.  Proses Belajar
Proses belajar yang dikakukan individu adalah sebagian dari pemenuhan kebutuhan. Dilihat dari cara individu memenuhi kebutuhan belajar dapat mencakup tiga bentuk. M Surya ( 1985 : 41 ) berpendapat bahwa ada beberapa cara memenuhi kebutuhan belajar, ( 1 ) dengan rileks yaitu pemenuhan yang tanpa dipelajari karena caranya sederhana, bersifat otomatis dan ingstingtif, ( 2 ) dengan kebiasaan yaitu individu memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan pola – pola tingkah laku yang sudah dimilikinya dan sudah relatif menetap, ( 3 ) adalah dengan perubahan belajar. Cara ini digunakan jika situasi kebutuhan tidak dapat dipenuhi dengan refleks dan kebiasaan, artinya pola – pola tingkah laku yang telah ada belum bisa untuk memenuhinya. Usaha individu untuk memenuhi pola tingkah laku yang baru ini dilakukan dengan kegiatan belajar sehingga hal ini dapat dikatakan perbuatan belajar karena kebutuhan yang dirasakan oleh individu.
Cronbach ( V.J. Suparjan dan Uman S. 1986 : 30 ) mengemukakan tujuh elemen yang melandasi terjadinya proses belajar dalam diri individu yaitu :
1.    Goal, perbuatan belajar dimulai karena ada tujuan yang ingin dicapai, hal ini berarti bahwa proses belajar akan berhasil jika individu tersebut benar – benar menyadari tujuan yang ingin dicapai secara jelas.
2.    Readness artinya proses belajar akan bergantung pada kesiapan dalam diri individu, baik secara fisik maupun secara fisikis. Kesiapan dapat diartikan sebagai sejumlah respon atau kemampuan tertentu untuk bertindak kesiapan ini bergantung pada tingkat kematangan individu. Karena itu keberhasilan perbuatan belajar individu akan bergantung pada kesiapan individu yang bersangkutan.
3.         Situation, adalah situasi yang terdiri dari sejumlah objek, orang ada disekitar individu. Pengalaman individu pada suatu situasi akan mempengaruhi pengalaman atau respon individu dalam suatu situasi yang lain. Hal ini berarti bahwa proses belajar akan berhasil bila benar – benar memperhatikan situasi.
4.    Interpretation, adalah suatu proses pengarahan perhatian terhadap bagian – bagian situasi yang menghubungkan pengalaman – pengalaman yang lalu dan meramalkan apa yang dapat dilakukan pada situasi tersebut. Kemampuan individu dalam menginterpretasikan suatu situasi sesuai dengan pengalamannya akan menentukan keberhasilan dalam belajar.
5.    Consequence atau akibat, merupakan akibat setelah individu melakukan kegiatan. Kegiatan itu mungkin berupa kegagalan atau keberhasilan, jika berhasil individu akan merasa puas dan akan memikirkan kegiatan selanjutnya, dan jika gagal individu merasa kecewa.
6.         Response, berdasarkan seleksi dari tindakan yang akan dilakukan dan dengan pertimbangan yang tepat untuk menghadapinya. Response diartikan sebagai suatu aksi yang datang dari dalam diri individu yang mengakubatkan individu melakukan kegiatan.
7.    Reacting to thwarting ( reaksi terhadap kegagalan ), cara ini dilakukan apabila individu mengalami kegagalan. Jika individu mengalami kegagalan dalam mencaai tujuan biasanya akan menunjukkan ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
1.3.       Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar
Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang menyeluruh, tidak dapat dilepaskan dari faktor dan kondisi yang ada disekitarnya. Berhasil tidaknya proses belajar dalam arti mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan, akan bergantung pada faktor situasi dan kondisi yang mempengaruhinya. Dengan demikian untuk memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan apa yang diharapkan maka perlu diperhatikan faktor situasi dan kondisi tertentu.
Faktor – faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar itu banyak sekali antara lain : berupa alat pelajaran guru atau pengajar, interaksi belajar, lingkungan atau dalam diri siswa sendiri ( Suparjan dan Uman S, 1983 : 31 ) sedangkan M Surya ( 1985 : 62 ) mengemukakan tujuh elemen yang mempengaruhi belajar mengajar,yaitu :
1)             Karakteristik pelajaran
2)             Karakteristik guru atau pengajar
3)             Interaksi pelajaran dengan pengajar
4)             Karakteristik kelompok
5)             Karakteristik fasilitas fisik
6)             Subject matter
7)             Faktor lingkungan luar
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi proses belajar. Faktor pertama terdapat dalam diri siswa itu sendiri. Faktor kedua terdapat diluar diri siswa. Faktor yang terdapat dalam diri siswa disebut faktor internal, sedangkan faktor yang terdapat diluar diri siswa disebut faktor eksternal.
2.             Prestasi Belajar
2.1 Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda prestetie yang mengandung makna hasil usaha, prestasi dapat diamati karena kita sudah mengetahui tingkatan dan ruang lingkup program yang telah dipelajari oleh individu yang bersangkutan. Menurut Poerwadarminta ( 1978 : 768 ) prestasi adalah hasil yang telah dicapai,dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang, untuk mengetahui sampai sejuhmana perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu sebagai hasil belajar, maka di adakan evaluasi
Prestasi belajar pada dasarnya bisa ditunjukkan oleh hasil belajar, baik dalam ranah kognitif, efektif maupun psikomotor sebagaimana diungkapkan oleh Nurdin Abas sebagai berikut : prestasi belajar pada hakekatnya adalah hasil dari belajar dari individu yang dimanivestasikan kedalam pola tingkah laku dan perbuatan skill dan pengetahuan serta dapat dilihat dari hasil belajar itu sendiri ( Abas, 1984:42 )
Masih mengenai prestasi belajar, Handarwi Nawawi mengemukakan pendapat sebagai berikut : prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan seseorang dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran ( Nawawi dalam fianti, 1978 : 20 ).
Hasil belajar yang diperoleh akan nampak dengan adanya perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu yang bersangkutan. Sehubungan dengan hasil belajar ini Surya ( 1985 : 27 ) mengemukakan bahwa manivestasi perbuatan belajar ditandai dengan adanya pola – pola sambutan baru dalam tingkah laku individu. Denga kata lain bahwa individu yang sudah mengalami proses belajar keadaanya akan berbeda dengan sebelum mengalami proses belajar.
Tentang prestasi belajar, M Surya ( 1979 : 174 ) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah keseluruhan kecakapan hasil capai yang diperoleh melalui proses belajar mengajar disekolah yang dinyatakan dengan nilai berdasarkan prestasi belajar.
Prestasi belajar menurut Bloom ( dalam Makmun, 1986 : 146 ) dapat digolongkan ke dalam tiga bagian atau terkenal dengan istilah taksonomi Bloom yaitu ( 1 ) kognitif, ( 2 ) afektif, ( 3 ) psikomotor.
Berdasarkan para ahli diatas dapat dikatakan bahwa pretasi belajar akan terlihat berdasarkan perbedaan prilaku sebelum dan sesudah belajar dilakukan siswa. Hal tersebut pada umumnya dapat dijadikan tolak ukur berhasil atau tidaknya suatu kegiatan belajar mengajar.
2.2.  Faktor – faktor yang mempengauhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar. Setiap proses belajar selalu berhubungan dengan unsur lain atau berkaitan dengan faktor lain yang akan berpengaruh terhadap hasilnya.
Berkenaan dengan faktor yang mempengaruhi  prestasi belajar, Surya (  1979 : 36 ) mengemukakan prestasi belajar yang dicapai oleh seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Sejalan dengan pendapat diatas, Hamali ( 1983 : 36 ) menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar :
a)         Faktor yang bersumber pada diri sendiri;
b)        Faktor yang bersumber pada lingkungan sekolah;
c)         Faktor yang bersumber pada lingkungan kerja;
d)        Faktor yang bersumber pada lingkungan masyarakat;
Masih berkenaan dengan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, Natawijaya dalam buku Metode belajar dan Kesulitan – kesulitan Belajar, menjelaskan secara rinci. Menurut Natawijaya ( 1980 :16 ), secara umum prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor dari dalam diri siswa, dan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa.
Faktor internal terbagi dalam beberapa bagian sebagai berikut:
1.    Faktor jasmaniah, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang termasuk kedalam faktor ini misalnya : penglihatan, pendengaran, struktur tubuh.
2.    Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang terdiri atas :
a)        Faktor intelektual yang terdiri atas :
1.      Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
2.      Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki
b)        Faktor kematang fisik maupun psikis
 Faktor internal digolongkan menjadi beberapa faktor yaitu :
1.                                  Faktor sosial yang terdiri atas :
a)        Lingkungan keluarga;
b)        Lingkungan sekolah;
c)        Lingkungan masyarakat;
d)       Lingkungan kelompok;
2.    Faktor seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian.
3.    Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasiltas belajar dan iklim.
4.    Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan
Faktor – faktor tersebut diatas saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.
Hal senada juga diungkapkan oleh Sukmadinata (1991 : 32 ) yang menyatakan usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oeh banyak faktor yang dapat bersumber pada dirinya atau diluar  dirinya seperti lingkungan.
Nana Sujana dalam Tabrani Rusyana ( 1990 : 21 ) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar. Hasil belajar yang dicapai dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri sendiri dan faktor yang datang dari luar atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri terutama kemampuan yang dimiliki, faktor kemempuan besar sekali pengaruhnnya terhadap kesuksesan belajar yang dicapai. Hasil belajar disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh faktor dari luar, yakni faktor lingkungan. Disamping faktor kemmempuan yang dimiliki oleh siswa terdapat juga faktor yang mendukung terhadap kesuksesan belajar, terutama hal yang dimiliki oleh siswa sebagai potensi yang sangat besar terhadap keberhasilan belajar yaitu :
a)         motivasi belajar
b)        minat dan perhatian
c)         sikap dan kebiasaan belajar
d)        ketekunan
e)         sosial ekonomi
f)             faktor fisik
g)        faktor psikis
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan belajar :
a)         sistem pengajaran
b)        cara belajar
c)         sumber – sumber belajar
d)        keluarga
e)         media dan teknologi
Bertolak dari berbagai pendapat para ahli maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan diatas adalah bahwa prestasi belajar siswa pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor internal yaitu yang datang dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Pembahasan kedua faktor itu akan penulis uraikan pada pembahasan dibawah ini.

2.3.       Faktor Intenal
Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar ialah kondisi psikologis dan fsiologis individu. Kondisi psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Abin Syamsudin ada delapan faktor yaitu ( 1 ) kapasitas dasar ( intelegensi ) ( 2 ) bakat khusus ( 3 ) motivasi ( 4 ) minat ( 5 ) kematangn ( 6 ) kesiapan ( 7 ) sikap dan ( 8 ) kebiasaan. ( Syamsudin 1984 : 76 ), sedangkan yang termasuk kondisi fsikologis adalah kesehtan dan kemampuan alat – alat indra yang dimiliki oleh setiap individu.
Penjelasan dari faktor psikologis akan dibahas satu – persatu dibawah ini :
1.                                  Intelegensi
Intelegensi ( kemempuan dasar ) mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar. Dalam situasi yang normal siswa yang berintelegensi tinggi akan lebih berhasil dari pada siswa yang berintelegensi rendah, namun demikian tidak berarti setiap siswa yang mempunyi indeks intelegesi tinggi dijamin akan berhasil dalam studinya, sebab masih banyak faktor lain yang turut mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar.
2.                                  Bakat khusus
Bakat khusus mempunyai yang cukup besar terhadap prestasi belajar seseorang, terlebih – lebih jika diperkuat oleh intensitas latihan dan belajar yang tinggi. Hal ini pernah di kemukakan oleh Harry, Bakat merupakan potensi seseorang untuk lebih berhasil dalam suatu bidang pekerjaan. Bakat dapat menjadi suatu kecakapan melalui latihan dan belajar ( Harry, 1985 : 8 ).
3.                                  Motivasi
Motivasi berkaitan erat dengan pencapaian suatu tujuan. Motivasi merupakan sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Pernyatan senada juga diungkapkan oleh Sartain “ motif adalah suatu pernyataan yang kompleks didalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku perbuatan kesuatu tujuan “ ( Sartain dalam Purwanto, 1985 : 65 ) oleh karena itu sesungguhnya yang paling penting dalam proses belajar mengajar adalah bagaimana upaya menumbuhkembangkan motivasi seseorang sehingga perilakunya mencapai tujuan yang jelas.


4.                                  Minat
Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestai belajar seseorang. Sesuatu budang pekerjaan atau keadaan yang sesuai dengan minat individu akan lebih mudah untuk disimpan dalam daya ingatnya sebagaimana yang diungkapkan oleh Higart, minat sebagai kecenderungan yang tetap untuk mempertahankn dan mengenang beberapa kegiatan. ( Hilgart dalam Salmeto 1988 : 58 ).      
5.                                  Kematangan
Kematangan merupkan suatu keadaan, tingkat, atau fase dalam pertumbuhan seseorang untuk berlaku sesuai dengan perkembangannya. Kematangan dapat jug dikatakan sebagai kesiapan seseorang untuk merespon stimulus yang datang. Kematangan seseorang mempunyai pengaruh yang besar terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar, karena belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap atau matang ( Slameto, 1988 : 60 ).
6.                                  Kesiapan
Faktor kesiapan perlu mendapat perhatian dalam proses belajar mengajar karena seseorang akan berhaasil dengan baik dalam belajarnya apabila telah mempunyai kesiapan, yaitu kesiapan untuk mereaksi semua stimulus yang datang, seperti yang dikatakan oleh Draver, “ Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau mereaksi “ ( Draver dalam Slameto, 1988 : 61 )

7.                                  Sikap
Sikap beljar seseorang akan turut menentukan interaksi belajar yang dilakukanya. Sikap belajar positif akan mendorong intensitas belajar menjadi lebih efektif sehingga sikap belajar siswa harus diantisipasi dengan baik oleh guru agar pelajaran tercapai dengan baik.
8.                                  Kebiasaan
Kebiasaan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap prestasi belajar. Kebiasaan mempunyai kecenderungan akan menguasai perilaku seseorang dalam setiap kegiatan, begitupun dalam belajar. Apabila belajar telah menjadi kebiasaan maka dengan sendirinya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar seseorang.
2.4.  Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor eksternal yang mempengaruhi prestsi belajar seseorang meliputi masukan instrumental dan masukan lingkungan.
1)                  Memasukan Instrumental
Masukan instrumental adalah kelengkapan saran yang dibutuhkan untuk kelangsungan proses belajar mengajar.
Faktor instrumental terdiri atas ( a ) fasilitas belajar, ( b ) guru, ( c ) sistem penilaian dan ( d ) kurikulum. Diantara empat faktor masukan instrumental tersebut, gurulah yang menjadi figur sentral dalam menentukan prestasi belajar peserta didik.
2)                  Masukan Lingkungan
Masukan lingkungan terdiri atas dua faktor, yaitu faktor lingkungn alami antara lain keadaan cuaca, udara dan lain sebagainya. Lingkungan alami yang berpengaruh terhadap prestasi belajar yaitu pelaksanaan waktu belajar. Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan pada pagi hari akan lebih efektif dari pada belajar yang dilaksakan pada siang hari.
Dengan demikian pula dengan faktor lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar seseorang. Suasana yang sepi, lenggang, tenang, jauh dari pusat keramaian akan bemberi ketenangan belajar sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan prestasi belajar. Begitupun dengan lingkungan sosial yang lainnya, seperti lingkungan yang terbiasa belajar akan memberikan pengaruh yang besar terhadap kebiasaan belajar seseorang.
2.5.  Mengidentifikasikan Prestasi Belajar
Menurut Nurgiantoro ( 1988 : 5 ) untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan diperlukan suatu alat penilaian. Penilaian yang dimaksud diartikan sebagai suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan belajar.
Nurgiantoro lebih lanjut menjelaskan bahwa untuk dapat memberikan penilaian secara tepat ( misalnya tentang kemampuan siswa ) diperlukan data – data tentang kemampuan siswa dengan menggunakan penilaian yang berupa pengukuran keberhasilan belajar.
Prestasi belajar siswa yang merupakan hasil pengukuran yang menggunakan standar tertentu dimanifestasikan dalam bentuk nilai. Menurut buku petunjuk pelaksanaan penilaian kurikulum SMU 1994 ( 1994 : 8 ) ada dua cara pemberian nilai siswa yaitu :
1)   Cara kuantitatif, yaitu penyajian hasil penilaian dengan menggunakan angka, berpegang dengan rentang angka 1 ( satu ) sampai dengan 10 ( sepuluh ).
2)   Cara kualitatif, yaitu penyajian hasil penilaian, dengan menggunakan bentuk pernyatan variabel, misalnya baik sekali, baik, sedang, kurang, kurang sekali.
Cara yang sering digunakan dalam kegiatan penilaian dalam raport adalah cara kuantitatif, yang dalam penyajian dalam buku raport pendidikan ( raport ) menggunakan bilangan bulat.
Berdasarkan penjelasan diatas maka anggapan dasar yang mendasari penelitian ini adalah bahwa prestasi belajar siswa dikelas dipengaruhi oleh faktor motivasi eksternal.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa motivasi dengan keberhasilan belajar memiliki kolerasi yang signifikan ( Suriamiharja, 1993 : 8 )

        

   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar